Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Anak Bawang Tunjukkan Passionmu

20 April 2021   20:32 Diperbarui: 20 April 2021   20:43 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kerja fisik jelas tidak mampu, karena faktor usia. Iya jika kamu nanti dapat uang pensiun bulanan, jika tidak apa yang akan kamu lakukan? Kebutuhanmu terus. Life style sudah terbentuk, terus tua tanpa penghasilan. Sejak muda dianakbawangkan, pensiun tua disengsarakan. Tanpa penghasilan. Banyak dari sahabat saya yang pensiun, tidak bisa terima kenyataan. 

Keliling kesahabat lamanya untuk minta uang bensin dan minta ditraktir makan. Mereka kadang jualan product yang secara ekonomis tidak memberikan keuntungan signifikan. Bahkan ada yang ikut bisnis MLM dan skema Ponzi. Kasian mereka, karena mereka tidak punya inisiatif entrepreneur sejak muda. Hanya bisa manut patuh pada atasan, setelah pensiun, tidak ada atasan yang memerintah. Proses inisiatifnya tumpul dan pensiun dalam kesedihan.   

ANAK BAWANG TUNJUKAN PASSIONMU 

Tak perlu malu berwirausaha, karena dengan wirausaha kamu bisa menemukan passionmu sendiri. Yang menikmati hasil perjuanganmu itu kamu sendiri, bukan apa kata tetangga. Kadang kita itu terlalu mengikuti omongan tetangga. Saat kita dirumah saja, dikira kita punya pesugihan ilmu hitam. Padahal kita itu adalah konten creator yang kerja di rumah dengan income jutaan. Youtuber misalnya. 

Menjadi wirausaha memang harus berpikir, bergerak dan berani berjuang. Yang mau enak tanpa usaha jelas tidak ada dalam kamus wirausaha. Kenapa wirausaha begitu menginspirasi saya? Berikut kisahnya 

20 tahun yang lalu saya dan teman sama sama lulus dari sebuah perguruan tinggi negeri. Saya mencoba melamar kerja di instansi pemerintah tapi ditolak karena ijasah sarjana saya pendidik, bukan teknis. Lowongan yang ada pakai ijasah SMA. Akhirnya saya pakai ijasah SMA dan diterima sebagai karyawan kelas menengah golongan 2a. Sebagai fresh graduate tentu bangga dengan seragam dinas dan sepatu mengkilatnya.

Teman saya punya jiwa entrepreneur. Dia tidak suka diatur jam kerja dan sistem disuruh suruh orang. Setelah lulus, dia menjadikan ijasah sarjananya sebagai pengalaman pembelajaran. Dia tidak melamar kerja di instansi apapun sekalipun ortu dan semua tetangganya cemas dan menebar ghibah. Namun dia nyantai saja dan semakin tekun belajar budidaya bebek. Seorang sarjana pendidikan memelihara bebek? 

Apa yang terjadi 20 tahun kemudian? Teman saya itu sudah bermobil seri terbaru, punya rumah layak diperumahan elit. Punya unit usaha ternak bebek dibeberapa tempat, dengan omset perbulan ratusan juta, dengan menguasai pemasaran daging bebek untuk lalapan dan produk telor asin. Secara finansial, dia bisa meningkatkan omset usahanya. 

Bagaimana dengan saya? Saya tetap bersyukur karena apa yang saya capai sesuai kapasitas saya. Jangankan mobil, motor saja pinjaman kantor berplat merah, itupun sering mogok karena motor seri lama. Yang seri terbaru jelas hak atasan saya. Rumah masih ngontrak, karena tidak bisa bayar uang muka perumahan. Untuk pingin sesuatu, harus pinjam bank, dan baru lunas setelah saya pensiun nanti. Saya sudah giat bekerja, bahkan sampai teman saya itu sudah tidur, saya masih kerja sampingan untuk dapat penghasilan tambahan. Sementara teman saya itu uang bekerja secara sistematis, jadi uangnya bekerja untuk dirinya, namun saya harus bekerja untuk mencari uang. 

Teman saya sudah menikmati freedom finansial, saya masih berjuang terus sekuat tenaga menemukan passion saya sendiri ditengah waktu jeda sepulang dari tugas kedinasan. Sebuah cara survive belaka, masih jauh dari freedom finansial. 

Inilah fakta nyata antara karyawan anak bawang dan entrepreneur. Apa ada hubungan dengan nasib? Saya kira hanya orang bodoh yang menyalahkan nasib buruk finansial. Semoga artikel ini menginspirasi termasuk untuk diri saya sendiri, karena usia semakin menua, tenaga semakin surut, mau apa saya nantinya jika hanya menyalahkan nasib? Semangat berentrepreneur, temukan passionmu. Tak ada yang tak mungkin, selama kita yakin dan mau memperjuangkan apa yang kita yakini. Pola pikir yang menyatakan tidak bisa, sebelum melakukan apa apa, adalah cermin pesimis dan takut tantangan.  Semoga menginspirasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun