Aku tak pinta semua. Aku pinta satu saja. Yang bisa menerimaku. Apa adanya. Karena cinta sejati, tak butuh syarat ketentuan berlaku. Cinta tidak kenal banyak alasan.
Apa dilarangkah aku memintanya. Satu saja. Itu permohonan ku. Kabulkanlah Tuhanku. Engkau tahu kenapa aku mengharapkannya.
Hidup sendiri itu bukan berkah. Malah dosa aku jalani sendiri. Karena kuyakin semua ada pasangannya. Agar hidup sempurna. Agar hidup berwarna.
Aku tetap berusaha dapatkan dirimu. Bidadari surgaku. Aku sudah bosan dihina. Aku ingin jadi lelaki sempurna. Hidup bersamamu, dalam cinta.
Datanglah sekarang. Bukan karena aku punya apa. Bukan karena butuh semata. Tapi berjalan bersama. Dari gurat gurat duka, menuju suka duka, milik berdua.
Kekasihku. Bukan dirimu, yang datang saat aku dipuncak. Dia tak akan tahu pahitnya langkah. Hanya pandai menuntut bukti, bukti dan bukti. Tiada bukti, aku dihukum karma. Diusir. Dan tiada lagi makna cinta.
Cinta itu tak salah. Cinta itu suci. Hanya iblis yang menodai cinta dengan dusta. Cinta itu tentang aku dan dirimu. Saling menerima. Saling dukung. Dan menguatkan. Tak ada dendam dalam cinta. Melihat cinta itu, seluas samudra. Seindah pelangi. Cinta membuatmu nyaman.Â
Satu saja Ya Allah. Kirimkan. Tetapkan dia jodohku. Untuk selamanya. Jangan kau kirim yang tak bisa menghargai aku. Karena setelah tak butuh, dia pasti lupa cara menghargai. Aku sudah capek dengan drama. Satu saja, yang buatku nyaman. Dalam iman dan KasihMu, Ya Rabb. Allahuma. Aamiin.
Malang, 19 Maret 2021
Oleh Eko Irawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H