Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hilang

11 Maret 2021   20:42 Diperbarui: 11 Maret 2021   20:49 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hilang 

Itulah satu kata. Menjawab semua. Tentang Hidupku. Tak perlu narasi panjang. Karena bahagia itu. Sudah berakhir.

Hilang 

Semua sudah jelas. Terhenti pada kata itu. Tak ada semangat. Tak ada tujuan. Tak ada arah. Berjalan pun tak tahu. Harus kemana.

Hilang 

Bukan aku yang lari. Aku masih bersama diriku sendiri. Tak ada siapapun. Karena semua sudah pergi. Kembali ke titik nol hidup. Tanpa siapapun.

Hilang 

Walau semua musnah. Tapi kusyukuri. Karena sesal itu tak ada guna. Sedihku hanya tujuan para musuh. Putus asaku adalah tujuan. Dari sang dalang bangsat. Pahlawan yang tertawa ngakak saat menodai tujuan suciku.

Hilang 

Tapi aku tak hilang. Aku bersama Panji kebenaran. Yang kau dustakan. Demi pembenaranmu sendiri. Agar menang Dimata manusia. Tapi ditertawakan singgasana langit. Karena niatmu, skenario dalam doa doa dendam.

Hilang 

Siapa yang hilang adalah mereka yang ketakutan. Kau boleh tak percaya, dia dalangnya. Dia penyebab semua ini. Karena mata hatimu sudah dibutakan. Yang kau inginkan itu aku kena karma. Kena azab. Rancanganmu bersamanya. 

Hilang 

Waktu yang menjawab. Jika kamu sadar, semua sudah terlambat. Aku bukan permainan. Kau sudah tukar tulusku dengan membela dia. Selamat menikmati, bukan aku urusanmu, tapi tuntutlah dia sekarang. Karena jika nanti, tuntutan akhirat akan membuka matamu. Dan sesalmu tiada guna. 

Hilang 

Semua sudah hilang. Karena ini semua kau lakukan dengan sadar. Demi bahagia yang kau tuntut, tapi kau teguk bersamanya. Aku bisa dibodohi. Aku tidak tahu. Tapi ranjang nikmat saksinya. Silahkan kau bilang aku dusta, tapi Tuhanmu melihat ulah bejatmu. Tuhan maha tahu, sekalipun kau pandai menutupi. 

Hilang 

Kau bikin aku sakit. Tersiksa. Untuk apa ini. Aku ikhlaskan saja. Puas puaskan kegilaanmu. Aku tetap berusaha baik. Demi kamu. Keadilan akan ditegakkan. Siap siap saja. Karena dusta tak akan pernah menang.

Malang, 11 Maret 2021

Oleh Eko irawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun