Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pahitnya Inlander: Mindset Warisan Kolonial

19 Januari 2021   13:26 Diperbarui: 19 Januari 2021   13:59 1033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sebaliknya, apa pun yang dimiliki bangsa lain di anggap lebih hebat, lebih keren, dan lebih bergengsi daripada milik kita sendiri Karena kita menilai bangsa lain atau orang asing lebih tinggi, dalam hampir segala hal kita pun menghargai mereka dengan "harga" yang lebih tinggi," tambahnya.

Sedihnya lagi, Belanda memanfaatkan momentum itu untuk memperkaya diri sendiri dan semakin memiskinkan kaum bumiputera. Mereka merampas tanah, mengambil hak empunya tanah, bahkan mereka dipaksa untuk membayar pajak atas tanahnya sendiri.

Jika para pembaca agak kesulitan memahami makna dari mentalitas inlander, hendaknya pembaca sekalian mulai membaca buku rekaan Pramoedya Ananta toer dalam tetralogi Pulau Buru, Bumi Manusia (1980), dalam buku tersebut, terdapat sebuah karakter seorang Indo-Belanda bernama Robert Mellema.

Disitulah Pram mendaulat sosok Robert sebagai seorang yang memiliki mentalitas inlander. Dalam artian, dirinya selalu membenci segala hal yang berbau bumiputera, padahal keturunan. Bagaimana tidak, posisi Belanda dalam hati Robert nyatanya lebih agung, sehingga semua orang Indonesia harus tunduk padanya.

Lewat karakter Robert inilah khalayak menjadi paham, ketidakpahaman akan budaya bangsa sendiri justru akan membuat seseorang memiliki mentalitas inlander. Tak pelak, mereka yang memiliki mentalitas tersebut, agaknya diam-diam melanggengkan anggapan Belanda terkait kaum bumiputera hanya warga negera golongan tiga di Negeri Zamrud Khatulistiwa.

Bagaimana saudaraku sebangsa dan setanah air? Bangga menjadi bangsa Indonesia itu sangat penting. Inilah bahasan diskusi kami dikomunitas Reenactor Ngalam, selaku pegiat sejarah dari museum Reenactor Ngalam di kelurahan Sumbersari kota Malang. Semoga menginspirasi generasi muda Indonesia dan menunjukan dharma baktinya untuk Nusa bangsa dengan karya nyata.

Malang, 19 Januari 2021

Oleh Eko Irawan

Sumber : voi.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun