Perjalanan ini. Kisah selisih. Berbeda. Saat sepakat sudah mati. Jadilah terjal. Menanjak. Penuh aral. Dan tak nyaman lagi dilalui.
Berpuluh tahun. Penuh ujian. Penuh cobaan. Saat yang baik, tak diakui lagi. Diperbesar yang salah. Dan gebyah Uyah. Semua dilaknatkan. Maha besar dendam atas segala fitnahnya.
Dan terbawalah semua. Tanpa syukur. Yang nampak derita demi derita. Pintar dalam kata, agar menang tiada Tara. Tak bisa terbantah, agar benar sepanjang masa. Agar puas membalas, atas segala derita, membalas dengan seribu dendam Angkara.
Elus dada. Prihatin ini maksudnya apa. Teganya, ini demi siapa?Â
Rindu yang hilang. Rindu yang telah pergi. Tak ada maaf lagi. Tak peduli akan keadilan Illahi. Yang penting puas, dendam terbalas dan sakit menyakiti.Â
Tak ada kenangan. Tak ada cinta. Keindahan yang mekar. Bunga cinta yang telah padam. Semua sudah dihapus. Tak diakui lagi. Dianggap tak ada. Inilah kisah, Rindu yang Hilang.
Malang, 16 Januari 2021
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H