Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Ngopi Seri 10: Belajar Entrepreneurship Ala Kampung Nila Slilir

15 Januari 2021   11:59 Diperbarui: 15 Januari 2021   17:17 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemas Potensi Real, bukan abal Abal

Peka potensi adalah kunci para start up. Ada yang mikir usaha kuliner dan parkir digerai mini market. Ini suatu bentuk membuka peluang usaha dikampungmu. Ada yang memanfaatkan lahan tidur untuk destinasi wisata. Kebanyakan ide itu untuk tujuan destinasi wisata, spot swa foto, oleh oleh khas dan kuliner. Namun ditengah pandemi, sektor wisata harus tiarap. Jadi potensi yang dikemas sementara terhenti karena kunjungan wisata menurun drastis.

Ada potensi yang diciptakan, Artinya potensi itu diangkat oleh dinas terkait dan warga kampung sebagai start up bukan atas inisiatif, tapi direkrut dan dipekerjakan. Diperintah untuk melaksanakan suatu project dari dinas, entah sebagai event organizer atau rekanan project dari instansi. Model start up ini bekerja untuk instansi dan yang menikmati hasil hanya sebatas pengurus. Tidak ada pelibatan masyarakat dan upaya pemberdayaan masyarakat di dalamnya. Start up seperti ini menunggu perintah dan berjalan sesuai perintah tersebut. Tidak ada swadaya dan kegiatan mereka berdasar anggaran dari instansi tertentu. Mereka tidak bisa disebut start up, tapi karyawan atau kepanjangan tangan dari instansi tertentu. Sebagai pegiat, tidak ada inisiatif dan minim pengembangan karena tidak ada konsep entrepreneurship didalamnya.

Kampung Nila Slilir dimotori oleh Pokdakan Krajan Slilir Sumilir selaku Start up kampung. Terbentuk dari, oleh dan untuk masyarakat sendiri dengan tujuan mengangkat ekonomi kreatif masyarakat berbasis potensi dan kearifan lokal dari warga setempat. Potensi yang diangkat adalah Budidaya Ikan Nila dengan sistem bioflok.   Klik Link berikut untuk pembahasan lebih jauh tentang Prospek Keuntungan Petani Nila Sistem Bioflok                        

Dalam mengembangkan Potensi Kampung Nila Slilir Pokdakan  selaku start up ini,  mengembangkan sebuah sistem kerja bak sebuah perusahaan kuncinya adalah klik link berikut ini :  Fokus! Kunci Pengembangan Start-up Kampung   dan disetiap kendala, prestasi selalu dikomunikasikan via tehnologi kekinian dan pertemuan Rutin tiap rabu Malam di sekretariat Pokdakan KSS. Acara Ngopi atau Ngobrol perkara Ikan ini, sebuah forum informal untuk share ilmu tentang ikan, berbagi tips dan triks budidaya, bagaimana keseruannya bisa klik link berikut :  Ngopi Itu Ngobrol Perkara Ikan: Cara Jitu Sinergi Pegiat Kampung Nila Slilir. Tentang Bagaimana seri bincang ikan di Kampung Nila Slilir dan strateginya bisa diikuti dalam link klik berikut ini : Strategi Bisnis di Kampung Nila Slilir.                      

 Inilah wujud real dari potensi asli yang diangkat oleh Kampung Nila Slilir dengan maksud dan tujuan adalah pemberdayaan ekonomi kreatif masyarakat. Kemajuan yang diraih bukan milik perorangan atau hanya mengacu pada satu kelompok saja. Tapi berupaya mengangkat kesejahteraan  masyarakat petani Nila yang tergabung dalam Pokdakan KSS. Sebagai Potensi asli, tentunya tidak ada paksaan agar bergabung dalam bisnis dimaksud. Pokdakan akan selalu mensosialisasikan program programnya agar seluruh masyarakat bisa turut aktif berjuang bersama dan memperoleh penghasilan melalui budidaya ikan.      

Belajar Entrepreneurship di Kampung 

Hal menarik yang membuat saya tertarik untuk bergabung dengan Kampung Nila Slilir, adalah upaya pembelajaran Enterpreneur ala kampung. Dan uniknya entrepreneur Dengan budidaya ikan nila sistem tehnologi bioflok. 

Pengalaman pribadi saya berkeliling kampung di malang dan kebetulan saya juga pegiat kampung Tematik di Kampung Sejarah, kelurahan Sumbersari kota Malang, saya menemukan sisi unik yang menurut saya,  wajib belajar kesana. 

Upaya mengelola potensi dalam ranah entrepreneur sungguh saat memikat dan terbukti real sekalipun dalam ranah kampung. Team start up disana sangat Wellcome bagi pemula dan tidak ada kesan memaksa dalam pengembangan bisnis budidaya nila. Konsep pendampingan dan belajar bersama, juga sangat menarik. Konsep tumbuh bersama, menghadapi resiko dan menemukan solusi dalam konsep guyub rukun adalah sangat menarik, karena dibeberapa platform bisnis lain, setelah kita bergabung, follow up hampir minim, dan kita dibiarkan menghadapi sendiri segalanya dilapangan. Semua resiko bisnis telah dibicarakan diawal, sehingga bukan janji finansial yang dikedepankan, namun bagaimana berjuang bersama memperoleh penghasilan yang menggembirakan dikemudian hari sebagai motivasi. Karena budidaya ikan itu menyangkut alam dan kondisinya, ikan bisa tumbuh dengan syarat dan ketentuan CBIB, cara budidaya ikan yang baik dan benar.

Belajar tidak hanya teori belaka, namun praktek langsung membangun pemberdayaan ekonomi kreatif dengan segala keterbatasan yang ada tanpa menggurui. Semua dilakukan dalam guyub rukun, transparan dan amanah. Kompasianer yang tergabung dalam Bolang, sudah bergabung disana dengan menjalin kemitraan investasi bergulir sistem bagi hasil, yang memungkinkan warga slilir yang tak punya modal, menjadi petani nila dan punya harapan untuk meningkatkan kesejahteraannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun