Berjalanlah dimuka bumi. Agar kau tahu, dunia ini masih luas. Untuk apa merasa sempit. Terhimpit. Lihatlah rona pagi. Hiruk pikuk siang. Senja temaram. Dan malam penuh bintang. Masih ada asa disana. Milikmu.
Hidup selalu ada masalah. Tergantung bagaimana bersikap. Hadapi saja. Biarkan jejak kakimu jadi juang. Lelahmu jadi pahala. Terus melaju, terus mencari, terus berusaha. Agar kau tak dilecehkan. Dihina. Disepelekan.Â
Diamku bukan bodoh. Diamku bukan tak tegas. Aku diam, karena sedang malas berkonflik. Aku diam, bukan mengalah. Aku diam, agar aku tak marah. Aku diam karena berdoa. Tak perlu drama rumit, yang kita cari itu, solusi.
Siapa yang tahan dalam luka. Ini bukan menunda. Ini bukan mengulur. Kita berjalan, untuk sebuah jawaban. Bekal untuk menembus waktu. Mengurai masa depan. Agar lebih baik. Hidup baru tanpa dendam.
Sementara. Ini hanya sementara. Diteruskan akan sakit. Menambah lara. Menyiksa batin.Â
Sementara dukunglah langkah letihku. Jangan menambah drama. Aku sudah lelah. Biarkan sang takdir bekerja. Membuka jalan.
Semakin kau paksa aku, akan semakin berbelok jauh langkahku. Membahas hal yang kosong. Mencari kaca spion, melihat ke belakang. Menghakimi masa lalu. Menghapus berkah, menghambat rejeki yang akan datang. Semakin lama, semakin tersesat. Mencari yang sudah sirna. Bukan menemukan terang diujung sana.
Tujuan sudah berbeda. Disatukan tersiksa. Protespun semakin menderita. Hanya cari salah dan kepuasan hampa. Menghentikan langkah untuk bahas yang tak sama. Berbeda. Sia sia saja.
Kisah perjalanan mencari jawaban. Jangan kau kacaukan. Tak perlu dendam. Tak perlu mempersulit. Hidup sudah pahit. Tak perlu menambah debat rumit. Yang akan membuatmu semakin sakit.
Pasrahkan. Relakan. Ikhlaskan. Jangan berhenti berjalan. Biarkan kepak kepak takdir menjadi keajaiban. Jangan lawan yang sedang berjuang. Jangan sakiti lagi langkahnya. Jangan kau tambah bebannya. Dia sudah tak kuat, jangan kau bikin dia tak semangat.
Jika kau jegal sekarang, akan jatuh. Jika kau pertanyakan sekarang, akan semakin lama menunggumu. Belajarlah diam, seperti aku diam.Â
Cobalah mengerti. Ini hak Tuhan. Jawaban ada disana. Kita harus menjemputnya. Dengan damai. Dengan tawakal. Bukan dengan protes. Karena Tuhan memahami jalan terbaikmu, bukan jalan dendammu.
Malang, 11 Januari 2021
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H