Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Menalar Konflik Sebelum Berpisah

11 Januari 2021   12:38 Diperbarui: 11 Januari 2021   12:54 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konflik sebelum berpisah dokpri Eko Irawan

Cinta buta. Tak tahu benar dan salah. Tak bisa dinalar. Lupa umur. Lupa tanggung jawab. Semua bertopeng nikmat lezat. Panggung dunia.

Kau sebar pembenaran. Apapun harus benar. Tak peduli, yang kau lawan itu menjaga kehormatanmu. Harkat dan martabatmu. Karena aku masih ada, menjaga amanat suci.

Alasanmu harus menang. Yang benar, harus dipersalahkan. Seolah dalang utama. Yang waras dianggap menghalangi. Karena mengganggu nikmatmu dengannya. Dan semua kata dipelintir. Yang baik tak diakui. Semua sudah dihapus. Nikmat mana lagi yang kau dustakan?

Percaturanmu yang buta. Yang kau puja dia. Tapi kenapa, bukan dia yang kau tuntut? Untuk memberi hidupmu bahagia. Padahal nikmat lezatmu untuknya? Mana warasmu? Mana cintamu dulu? 

Tak ada nalar. Yang dituntut yang kau sengsarakan. Harus ini itu. Tak masuk akal. Sementara dia enak enakan. Maunya memetik manis lezat. Setelah ini semua kuberikan. 

Pasti dia sutradaranya. Mau enak, mau lezat tanpa usaha. Kupasrahkan saja. Karena keadilan Tuhan akan bicara. Hewan saja tak sedurjana sang arjunamu. Tapi sihirnya, telah membuatmu tunduk patuh. Jadi zombi yang terus menyerang diriku. Kau sudah bunuh aku dengan dustamu. Tapi kau peras aku dengan segala caramu. Yang maha benar, atas segala dusta yang ditumpuk.

Konflik percaturan sebelum berpisah. Sudahi saja. Aku memang pura pura bodoh. Dilawanpun, sekarang rugi. Tapi semua topeng akan terbuka. Siapa yang dzolim. 

Dan aku sudah mengikhlaskan mu pergi. Biar keadilan Illahi yang membalas. Tuhan tahu kok. Gusti Allah Mboten Sare. Segala kebejatanmu bersamanya, apa Tuhan tak tahu? 

Dan apa kamu tahu, dusta yang kau tuduhkan padaku itu? Katamu aku raja suudhon. Bagaimana jika kebenaran dibuka dimatamu yang buta? Sudah siap?

Aku tak akan menerimamu kembali, karena fitnahmu lebih kejam, dan puas puaskan diri, menumpuk balas dendam mu. Agar puas. Dan tercapai bahagia, menari diatas derita karena dustamu.

Ini mudah yang dipersulit. Ini gampang yang diperumit. Ini hanya soal cinta tentang kita. Tak cocok ya sudahi saja. Tak sejalan, tak perlu drama. Bilang saja waktu itu, tak talak, selesai. Aku tak mempertahankanmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun