Sorry, kok saya curhat. Tapi inilah potret hebat penulis gratisan yang masih mau idealis menjadi penulis tak dikenal dan tugas profesionalnya tak dapat imbalan dalam bentuk apapun yang layak.Â
Jadi kadang saya malah heran, beberapa tahun lalu, saya melihat wartawan Tablo Abal Abal, nunjukin kartu pers, datang ke kantor saya, minta hewes hewes pada pak boss saya. Dia datang bak orang kejaksaan. Bawa data seolah olah ada tindak pidana. Kalau tidak dikasih, ancam dan peras. Kayak preman Mafioso gitu. Jika tak dikasih, mereka terbitin tablonya. Kejadian ini terjadi sebelum saya jadi kompasianer. Kira kira jaman marak tabloid bertema aneh aneh beberapa tahun lalu. Kalau era sekarang, wartawan bodrek seperti itu sudah tiada tempat, karena Tablo aneh sudah tidak punya pangsa pasar. Yang belu menurun. Semua baca dari smartphone masing masing.
 Sebagai sesama penulis, saya malu banget dengan cara cara seperti itu. Jadi sayapun malu jika harus minta hewes hewes dengan cara licik dan tak bermoral seperti itu. Saya anggap menulis sebagai Hobby. Sama juga dengan orang Hobby mancing. Dia bayar. Beli alat Yo beli sendiri. Duduk berjam jam belum tentu dapat ikan atau dapat hadiah dari lomba memancing. Sebelum pulang ditabluk istrinya, mampir pasar dulu beli ikan segar. Itulah saat bicara Hobby. Tak ada yang mahal dari dunia Hobby, termasuk menulis. Semua murah dan rela kocek pribadi dalam dalam.
Bagaimana proses menulismu, apakah sudah mencapai freedom Finansial? Semoga iklim dunia literasi diluar dunia pendidikan dan kampus ini punya tempat berkarya yang semakin baik. Semoga ada platform tertentu, memberi ruang usaha ekonomi kreatif bagi masa depan para penulis tak dikenal ini.
Para penghobby penulis ini memang punya profesi tetap sebagai sumber penghidupannya, sehingga ribuan karyanya bisa jadi tak dapat apa apa. Hidupnya dia dari usaha entah kerja, hutang atau pinjam bank. Dan alangkah indahnya jika dunia literasi ini juga memberi penghidupan layak bagi para pencinta literasi ini. Tentunya sebuah konsep adil, merata dan transparan. Semoga ada keajaiban diwaktu mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H