Hanya sampah daun. Berserak. Tak bermakna. Seperti itulah pruisiku. Bukan keluh kesah. Bukan sambat. Tapi inilah hidup. Potret yang tak terlihat. Tulisan yang terbaca. Pesan yang hilang. Tak menarik. Tak ada yang melirik. Tenggelam dalam sampah. Tapi disitulah berarti.
Cerita daun kering. Kisah tak dikenal. Curhat tak penting. Kosong tiada makna. Tapi tetap jaga alam. Menjadi humus tanah subur. Agar tumbuh bersama asa.Â
Mungkin puisi hanya coretan sepi. Curahan hati. Cerita tentang perasaan. Cerita apapun tentang karya. Karena inilah panggung ekspresi itu. Untuk terus unjuk diri.Â
Tak apa, walau hanya cerita daun kering. Bagai sampah sampah yang tak berguna. Tapi inilah belajar sesungguhnya. Belajar menjadi permata.
Malang, 7 Januari 2021
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H