Badai Pandemi Covid 19 ternyata belum juga berakhir diawal tahun 2021, bahkan tersiar kabar akan kembali berlaku PSBB di beberapa kota di pulau Jawa dan Bali terhitung sejak 11 -25 Januari 2021. Berbagai pikiran mulai mengganggu, terutama kekhawatiran dan kecemasan. Kesehatan dan ekonomi merupakan 2 hal penting, agar tetap bertahan ditengah wabah yang masih memprihatinkan ini. Salah satu cara survive ditengah pembatasan bersifat fisik dengan orang lain, adalah memulai sebuah konsep bisnis dengan bersahabat dengan alam.Â
Kampung Nila Slilir, kelurahan Bakalan Krajan kota Malang, adalah sebuah konsep budidaya nila berskala kampung ekonomi kreatif bersahabat dengan alam menggunakan kearifan lokal masyarakat, diterapkan secara signifikan oleh start up bisnis kampung setempat, sebagai suatu konsep kebangkitan ekonomi kreatif masyarakat dari kampung, ditengah wabah pandemi, terhitung sejak maret tahun 2020.
Dalam artikel ngopi seri 7 ini, akan dibahas motivasi bisnis ikan Nila sebagai trend bisnis 2021, sebuah cara bertahan masyarakat setempat dengan car kembali ke alam. Semoga artikel ini menginspirasi. Selamat membaca.
Memilih Trend BisnisÂ
Sebagai orang awam dalam bisnis, sejak pandemi kita melihat dampak begitu luar biasa terjadi hampir di seluruh belahan bumi. PHK, dirumahkan dan sulitnya dunia usaha adalah salah satu potret visual yang bisa kita lihat disekitar kita. Gaung bekerja, sekolah dan beribadah mulai digiatkan dari rumah saja, untuk memutus rantai penyebaran pandemi.Â
Dalam keadaan pembatasan sosial tersebut, diperlukan kreativitas tinggi membaca peluang usaha yang ada disekitar kita. Sebuah konsep usaha yang tetap dibutuhkan masyarakat dan bisa dikerjakan dirumah. Trend bisnis seperti ini, harus dibaca sebagai peluang agar ekonomi keluarga, tetap berjalan.
Ada yang bergerak sendiri sendiri. Misal buka usaha kuliner online. Tehnologi sudah membantu pengusaha UMKM rumahan untuk tetap eksis melalui usaha kuliner online.Â
Namun ada yang bergerak secara kelompok dengan bidang yang selama ini tidak terpikirkan. Jadi petani budidaya ikan nila sistem bioflok. Bisakah ini menjadi trend bisnis  2021, dengan kembali ke alam dengan cara bergerak dalam kelompok masyarakat?
Kampung Nila Slilir,kelurahan Bakalan Krajan kota Malang adalah wujud inovasi membangun trend bisnis kembali ke alam dengan pola bergerak dalam kelompok masyarakat sekitar. Kenapa harus berkelompok, mari kita kupas tuntas dalam pembahasan berikut.
Motivasi Bisnis kenapa memilih bisnis NilaÂ
Dalam tataran masyarakat kampung, setelah masa pandemi, banyak warga mengalami kesulitan secara ekonomi. Para start up bisnis kampung Nila Slilir yang tergabung dalam Pokdakan Krajan Slilir Sumilir, melihat kendala ini sebagai peluang untuk membangkitkan ekonomi kreatif masyarakat.Â
Kebutuhan makan dan kecukupan gizi keluarga tetap harus ada, sehingga peluang usaha seputar sembako tetap merupakan peluang usaha yang setiap hari dibutuhkan.
Tingkat kecukupan konsumsi ikan nila di malang Raya dan Jawa timur berdasarkan data statistik dinas perikanan, memberikan gambaran baru tercukupi 40 persen oleh petani lokal, sisanya tercukupi dari provinsi lain. Prospek menjadi petani nila konsumsi, sebagai produk pencipta keluarga tangguh melalui nila konsumsi sebagai sarana peningkat gizi keluarga, terbuka sangat lebar. Harga kisaran ikan nila perkilo antara 25-35 ribu tergantung ketersediaan ikan dipasaran.Â
Dengan tehnologi bioflok, dilahan terbatas perkotaan, ternyata petani nila bioflok bisa tetap budidaya nila dengan kolam terpal.Â
Bioflok bisa ditempatkan di lahan sempit, tak perlu ganti air, bisa tebar padat ikan nila, konsumsi pakan bisa hemat, dan ikan nila siap konsumsi bisa dipanen dalam waktu 3-4 bulan. Sejak Maret 2020, pengembangan Kolam bioflok binaan kampung Nila Slilir telah mencapai lebih dari 75 kolam. Ini menandakan, motivasi tinggi terhadap keminatan akan prospek bisnis budidaya nila di malang raya masih sangat baik.Â
Kendala kendala bisnis jika dikerjakan sendiri, akan cepat teratasi jika konsep ini dikerjakan secara berkelompok dalam wadah Pokdakan. Saling support dan berbagi pengalaman antar petani yang diwujudkan dalam pertemuan rutin tiap Rabu dan melalui aplikasi what's up group cukup membantu para petani tetap eksis mengembangkan bisnisnya.Â
Pokdakan ini punya link ke dinas perikanan sehingga segala kendala teknis, bisa teratasi secepatnya. Para petani bisa cepat panen, hasil melimpah dan tingkat kematian ikan bisa ditekan dibawah 5 persen, dengan tingkat konsumsi pakan yang hemat. Jejaring start up Pokdakan juga terus berinovasi dalam pemasaran hasil panen, sehingga dalam kelompok tersebut, tidak ada kendala pemasaran hasil panen. Sehingga dengan cara berkelompok para petani tetap Untung.
Inilah keuntungan jika bisnis budidaya nila dikerjakan secara kelompok karena ada pembagian tugas yang jelas, gotong royong dan berbagi secara profesional. Ada evaluasi real time yang dibina dinas terkait. Dan start up kampung Nila terus bergerak nyata secara swadaya. Kebanyakan para pegiat di kampung lain hanya menunggu contoh keberhasilan kampung lain baru bergerak. Itupun bergeraknya menunggu bantuan instansi terkait. Namun start up kampung Nila slilir mencoba terdepan dengan memanfaatkan kearifan lokal masyarakat untuk membangun sinergi. Dengan guyub rukun, swadaya dan gotong royong merupakan bekal utama memajukan kampung ekonomi kreatif. Pokdakan selaku kelompok bertugas sebagai fasilitator yang menjembatani pembinaan petani nila anggotanya agar berkembang dengan investasi bergulir yang bekerja sama dengan investor. Pokdakan bukan memonopoli, tapi bersinergi dengan pihak lain dengan pola investasi syar'i bergulir, dengan output bagi hasil bagi petani yang tidak punya modal tapi berkeinginan keras memperoleh penghasilan. Hal ini baru langkah awal, sebuah progres prototype yang bisa jadi inspirasi menjadikan prospek budidaya nila, sebagai trend bisnis kembali ke alam di tahun 2021.Â
Berani memulai sebagai yang terdepan sekalipun langkah kecil dan skala kampung, merupakan lead progress nyata sebuah start up kampung memajukan ekonomi kreatif berbasis masyarakat, dengan cara berkelompok dan menggunakan konsep kearifan lokal dan bagi hasil yang syar'i , amanah, transparan dan kelompok tersebut telah berbadan hukum yang dikuatkan notaris. Inilah yang dilakukan di kampung Nila Slilir sebagai upaya nyata masyarakat bangkit ekonomi kreatifnya menghadapi dampak pandemi covid 19.
Semoga langkah ini menginspirasi. Selamat mengeksplore dan bangkit dari kampungmu masing masing.Â
Malang, 7 Januari 2021
Oleh Eko Irawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H