Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Selamat Jalan Kenangan

4 Januari 2021   14:38 Diperbarui: 4 Januari 2021   15:00 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selamat jalan kenangan dokpri Eko Irawan

Sudahkah kau pikir, ceritamu itu.. sangat melukainya, seharusnya kau tau siapa dia, siapa aku... kau berharap darinya, tapi kau melukainya. Mengusirnya. Demi sang pembisik. Bukan aku. Karena cintamu dulu, sekarang sudah jadi dendam dan benci.

Kenangan pun terbuang. Dalam sampah yang kotor. Emas sudah kau tukar. Yang baik sudah kau kosongkan. Demi apa? Demi siapa? Tak bisa dibahas lagi. Cinta sudah mati.

Bertahan akan semakin luka. Waktu semakin menyiksa. Kau tak akan taruh semua beban sebelum bukti itu... Hanya itu. Pertanyaanmu. Kapan. Kapan. Dan kapan.

Perjuangan yang sia sia. Telah mati dan tak dihargai. Kemana cintamu yang dulu. Sudah pergi. Selamat jalan kenangan.

Tak bisa menangis lagi. Sudah habis. Yang ada hanya amarah. Semua dipelintir. Diputar balik. Tak berguna bertahan. Bubarkan saja. Karena ujung persimpangan akan tiba.

Pergi saja. Sementara jangan gelap mata. Beri aku ruang. Agar bernafas. Mewujudkan tuntutanmu. Aku bukan tontonan. Kegagalan ini bukan lelucon. Apa yang kau minta, tinggal pamungkas. Setelah itu habis. Haruskah gelap mata?

Aku putus asa. Semakin putus asa. Caramu membuat aku luka. Semakin tak berdaya. Jadi bodoh. Jadi dungu. Jadi kosong.

Selamat tinggal kenangan. Aku menyerah. Bukan kalah. Aku masih ingin melihat. Dusta dusta yang diadili. Pemilik Alam ini. Aku masih punya kenangan. Itu kuhargai dengan tangis. Kusimpan selamanya. Agar tahu siapa, untuk apa dan kebenaran apalagi yang kau suarakan.

Aku sudah jadi sampah. Setelah bukti, pasti kau usir aku. Tidak pakai lama. Karena dia, jawara terbaik. Yang menari diatas derita. Sang alim yang akan jadi pahlawan. Yang menang diatas tipu daya. Sang pembisik, yang menodai cinta. 

Tanpa kau usir, aku akan pergi. Selamat tinggal kenangan. Aku tetap ada. Untuk cinta cinta yang masih hidup. Buah cintaku yang memberontak karena nuruti titahmu.  Mereka permataku. Jangan kau kotori dusta lagi. Mereka sang penolong kelak. Jangan kau tanam dendam, karena dendam bukan solusi, tapi bunuh diri, untuk akhir sebuah pilihan, dalam keadilan Illahi. Yang tak salah, untuk apa dikorbankan, demi kepalsuan.

Jika kau tak pergi, aku saja yang pergi. Aku sakit disini. Aku sudah lelah. Saatnya tegas. Saatnya teges. Maaf, aku sudah habis, Tak bisa menuruti maumu lagi. Selamat jalan kenangan, selamat tinggal kisah terindah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun