Beginilah acara Ngopi di Kampung Nila Slilir, Bakalan Krajan Kota Malang, yang digelar Rabu Malam, 23 Desember 2020. Acara yang di gelar tiap Rabu malam ini merupakan forum informal dan nyantai untuk Ngobrol Perkara ikan yang kemudian disebut Ngopi. Forum ini sejatinya forum strategi bisnis, sebagai wadah berbagi dan sharing pengalaman budidaya ikan antar petani Nila anggota Pokdakan KSS. Apa saja yang dibahas, berikut ulasannya.
1. Forum Silaturahmi KelompokÂ
Petani nila bisa saja bertani mandiri tanpa perlu ikut kelompok. Artinya dari awal pembibitan hingga panen dan pemasaran, diurusi sendiri. Ada kendala, dipikir sendiri. Semua dilakukan sendiri. Kendala apapun urusannya sendiri. Bagi petani pemula jelas berat, terutama akan menghabiskan banyak waktu dan tenaga, hingga bingung, terutama urusan pemasaran jika nanti panen. Mau jual kemana? Ini pertanyaan awal semua petani pemula.Â
Ternyata dengan berkelompok, semua kendala teknis dari awal hingga panen dan pemasaran, ada mekanisme support system yang telah dikembangkan secara profesional dengan membangun sinergi berkelanjutan dengan semua fihak. Siapa bilang kelompok ini kampungan dan tidak bisa maju. Ada saja pihak tertentu yang mengklaim, tanpa campur tangan dia, pasti kampungan dan tidak maju. Itu hanya pendapat orang bodoh yang ngaku pinter. Orang orang seperti ini, diabaikan saja, karena akan mengganggu kinerja sistem yang sudah dibangun. Mereka adalah pahlawan kesiangan yang pingin berperan, tapi datang belakangan. Hanya sebagai pengikut, tapi tak kenal proses perjuangan dari awal.Â
Dengan membangun sinergi silaturahmi kelompok, semua anggota akan memperoleh pencerahan dan semua kendala cepat teratasi. Dengan berkelompok tidak akan tersentral pada satu orang, atau pengurus saja, tapi semua anggota berkesempatan memperoleh penghasilan dan kesempatan mengembangkan inovasinya. Yaitu ikan sehat dengan berpegang teguh pada CBIB yaitu cara budidaya ikan yang benar, pakan hemat, ikan cepat besar dan cepat panen. Tiap anggota adalah petani nila yang punya cita cita mengembangkan ekonomi kreatifnya masing masing dengan cara kerja berkelompok. Tidak ada monopoli, semua punya hak dan kewajiban yang seimbang dan rata.Â
2. Forum sinergi dan sosialisasi inovasiÂ
Membangun semangat guyub rukun dimulai secara setahap demi setahap, dengan terus membangun sinergi dengan keseimbangan hak dan kewajiban yang sama sesuai kemampuan masing masing. Dalam 10 bulan terakhir, sudah bisa dilihat, berapa jumlah kolam bioflok yang sudah dikembangan, berapa ribu ikan yang dibudidaya dan dimana saja pengembangannya. Betul ini baru langkah awal, namun dengan pertumbuhan budidaya dan tingkat permintaan pemasaran yang luar biasa, ini merupakan satu kemajuan. Yang penting, para petani nila ini segera memetik panen dengan hasil berlimpah dan semua kendala teratasi dengan tingkat kematian ikan di kolam bisa ditekan sekecil mungkin.Â
Hal ini tercapai dengan sinergi guyub rukun yang dibangun di dalam kelompok. Ini yang harus dipelihara dan dipertahankan. Ditempat lain, ada pemodal besar pelihara ikan, terus warga setempat menjadi buruh bayaran. Tapi dengan strategi swadaya dan pemberdayaan masyarakat, maka setiap anggota adalah petani yang memiliki hak ekonomi kreatif. Â Tidak sekedar jadi buruh, tapi membuka peluang kerja dan meningkatkan kesejahteraannya.Â
Bagaimana jika ada warga yang bersemangat budidaya, namun tidak punya modal, bagaimana solusinya. Budidaya nila ini punya prospek besar untuk ekonomi kreatif mulai dari kuliner, potensi pemasaran bibit, nila konsumsi dan prodok olahan serba nila. Agar potensi ini bisa tumbuh, dibutuhkan inovasi kreatif agar semua warga slilir punya kesempatan meningkatkan kesejahteraannya. Forum ngopi inilah wadahnya, agar kelak semua warga petani nila bisa sejahtera. Ada ide dan gagasan yang telah digagas oleh Bolang Kompasiana, selaku media Official dari Kampung Nila Slilir, yaitu pertama mengembangkan kolaborasi investasi bergulir. Bagaimana bentuk inovasinya? Selamat membaca artikel seri ngopi selanjutnya. (Bersambung)
Malang, 25 Desember 2020
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H