puisi ini tak penting. Saat minta tolong, tak ada yang bantu. Galau jadinya. Karena ini menyangkut lapar. Dan sedari tadi hanya kopi kopi dan kopi. Itupun utang.
Kisah kopi ini. Biar menginspirasi. Sebuah kisah tentang sesuatu yang tak berarti. Tentang diriku yang tak penting. Ditolong tidak, sayangku seperti pengemis. Sang pengemis Puisi.
Banyak teman di meja makan. Saat uang bukan masalah. Tapi semua pergi, saat aku jatuh. Berkabar saja tidak. Tak ada uang, tak ada teman datang.
Titik terendah hidupku. Tak ada uang lagi. Siapa akan beli puisi, saat aku lapar. Saat aku tak punya. Tak ada yang bisa kubuat beli.
Aku jadi tahu, siapa teman temanku. Saat tak dibutuhkan, aku ditendang. Apalagi aku tak bisa mengajak mereka pesta. Saat menderita, banyak alasan jawabnya.
Kisah kopi. Mencoba semangat. Walau nanti panen diumpat. Siapa peduli. Ini sakitku sendiri. Bersahabat kekurangan. Terhimpit beban.
Semoga masih ada harap. Dalam segelas kopi. Semangat bahwa besok ada keajaiban. Ada perubahan.
Malang, 23 Desember 2020
Oleh Eko Irawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H