Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

4000 Tahun Sejarah Nila

23 Desember 2020   14:30 Diperbarui: 24 Desember 2020   12:57 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahan pribadi 4000 tahun sejarah nila

Kampung Nila Slilir Kelurahan Bakalan Krajan Kota Malang digagas oleh masyarakat setempat dalam rangka meningkatkan peran pemberdayaan masyarakat melalui Budidaya Nila secara berkelompok dalam Pokdakan Krajan Slilir Sumilir. Dengan menjadi Petani Nila, masyarakat setempat berupaya mencukupi kebutuhan gizi keluarga melalui konsumsi ikan, meningkatkan penghasilan melalui bisnis ikan nila dari hulu sampai Hilir, menciptakan lapangan kerja mandiri dan industri ekonomi kreatif berbasis olahan Ikan Nila. Selanjutnya diharapkan tercipta destinasi Wisata Budidaya Nila dikampung Nila Slilir.

Fokus budidaya ikan tawar di Kampung Nila Slilir adalah ikan nila dengan fokus budidaya menggunakan tehnologi bioflok. Ternyata Ikan Nila memiliki sejarah yang panjang, bahkan nila sudah di konsumsi manusia sejak 4000 tahun yang lalu. Penasaran? ikuti artikel dan pembahasan berikut

Sejarah Ikan Nila

Sebagaimana dilansir oleh Harian Neraca, ternyata konon  Ikan Nila sudah melegenda sejak 4000 tahun yang lalu. Ikan Nila yang kita Kenal sekarang memiliki banyak nama. Salah satunya  Tilapia Nilotica, sebuah sebutan yang diberikan oleh Aristoteles dan rekan-rekanya, nama itu diambil dari nama sebuah sungai terbesar di Afrika yang bermuara di pantai utara mesir.

Konon Nila merupakan makanan kerajaan, karena ikan ini sangat langka pada awalnya, namun jenis Nila lainnya sudah ada di seluruh perairan darat Afrika seperti Nila mosambicus, Aurea,  Urelepis hornorum dan lain sebagainya. Nilotica dipelihara dalam kolam-kolam dalam istana raja.

Mesir Kuno bukan satu-satunya orang yang menghargai Nila. Nila telah menjadi ikan konsumsi penting bagi banyak kelompok yang berbeda yang hidup di Afrika dan kawasan Mediterania timur. Yunani dikenal sebagai penggemar dan Aristoteles diyakini telah menamakannya Tilapia niloticus (ikan Nil) pada 300 SM.

Di Amerika Latin, lebih besar peternakan komersial mengekspor ikan Nila atau tilapia segar ke pasar AS. Hal ini telah memberikan kesempatan kerja bagi penduduk setempat. Nila beku ekspor pertanian juga merupakan sumber pendapatan yang penting bagi banyak negara di Asia Tenggara. Beternak ikan Nila dapat menjadi jalan bagi negara-negara tropis untuk memanfaatkan iklim yang hangat, karena Nila dapat tumbuh sepanjang tahun asalkan suhu air cukup tinggi.

Aspek penting lain dari beternak ikan Nila adalah bahwa banyak dari spesies Nila tidak perlu diberi makan makanan yang kaya akan protein, dan ini benar-benar dapat memberikan kontribusi.

Di banyak negara, sekarang ini petani skala kecil mengabungkan peternakan ayam atau hewan peliharaan lainnya diatas kolam ikan mereka agar ikan Nila mendapat makanan tambahan.

Ikan Nila akan menjadi salah satu ikan alternative masyarakat Indonesia di massa akan datang karena telah bertambahnya varietas baru jenis-jenis ikan.  Memperkaya jenis-jenis ikan di kolam, sungai, danau. Dan lebih penting memperkaya persediaan protein tinggi konsumen.

Nila pertama kali didatangkan ke Indonesia dari Taiwan ke Bogor (Balai Penelitian Perikanan AirTawar) pada tahun 1969. Setahun kemudian, ikan ini mulai ditebarkan ke beberapa daerah. Pemberian nama Nila berdasarkan ketetapan Direktur Jenderal Perikanan pada tahun 1972. Nama tersebut diambil dari narna species ikan ini, yakni nilotica yang kemudian diubah menjadi . Nama nilotica menunjukan daerah asal ikan ini, yaitu di sungai air tawar.

Secara alami ikan ini melakukan migrasi dari habitat aslinya di sungai Nil di Uganda (bagian hulu Sungai Nil) ke arah selatan melewati Danau Raft dan Tanganyika hingga ke Mesir (sepanjang Sungai Nil). Nila juga terdapat di Afrika bagian tengah dan barat. Populasi terbanyak ditemukan di kolam-kolam ikan di Chad dan Nigeria. Dengan campur tangan manusia, saat ini Nila telah menyebar ke seluruh dunia mulai dari Benua Afrika, Amerika, Eropa, Asia, dan Australia.

Awalnya, Nila dimasukkan ke dalam jenis Tilapia nilotica atau ikan dari golongan tilapia yang tidak mengerami telur dan larva di dalam mulut induknya.

Dalam perkembangannya, para pakar perikanan menggolongkannya ke dalam jenis Sorotherodon niloticus atau kelompok ikan tilapia yang mengerami telur dan larvanya di dalam mulut induk jantan dan betina.

Akhirnya, diketahui bahwa yang mengerami telur dan larva di dalam mulut hanya induk betinanya. Para pakar perikanan kemudian memutuskan bahwa nama ilmiah yang tepat untuk ikan ini adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis.


Dengan campur tangan manusia, saat ini nila telah menyebar ke seluruh dunia mulai dari Benua Afrika, Amerika, Eropa, Asia, dan Australia.  Awalnya, ikan nila di Indonesia adalah jenis mosambica yang sudah berkembang dengan pesat. Namun, karena ukurannya yang relatif kecil, lambat laun ikan nila di gantikan dengan jenis nila tilapia, baik yang berwarna hitam maupun merah.  Khusus untuk ikan nila hitam mulai didatangkan pada tahun 1969 dan tersebar di Danau Tempe, Sulawesi Selatan.

Kemudian, beberapa lembaga risetmendatangkan ikan tilapia hasil pemuliaan, seperti GIFT3 (1993) dan GIFT6, Chitralada (1996), serta GET (2003). Sementara itu, ikan nila merah didatangkan melalui jalur Taiwan dan Singapura sekitar tahun 1990-an. Salah satu sumbernya adalah Stirling University di Inggris yang menjadi induk di Aquafarm. Melalui uji secara genetika, ikan nila merah adalah hasil hibrid antara ikan nila putih (jantan)dan ikan nila hitam (betina).

Demikian artikel Pembahasan tentang asal usul ikan Nila di Indonesia, ternyata sejarah budidaya ikan nila sudah berusia 4000 tahun. Sebagai Pegiat Kampung Nila Slilir, Harus bangga dengan fakta sejarah, bahwa ikan yang dibudidayakan dikampung tersebut memiliki sejarah panjang sejak 4000 tahun yang lalu, dan dusun slilir Bakalan Krajan sendiri telah berumur 1000 tahun jika dihitung dari Prasasti Turyyan.

Banggalah Pada Kampungmu sendiri, sebagai langkah awal mencintai Tanah airmu

(sumber diolah dari : https://www.neraca.co.id/ dan https://sinargea.blogspot.com/)

Malang, 23 Desember 2020

ditulis oleh : Eko Irawan, Pegiat Kampung Nila Slilir Kota Malang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun