Ibu. Sekarang engkau telah tiada. Meninggalkan kita semua. Namun jasamu abadi. Hanya doa terbaik untukmu.
Aku sadar. Jika dulu, aku engkau buang. Aku hanya anak sampah. Karenamu aku jadi terhormat. Punya masa depan.
Menterjemahkan kembali. Pesan ibuku. Kadang aku tak mengerti. Karena kebodohanku sendiri. Egoisku. Jiwa berontakku.Â
Kadang aku melawanmu. Melawan sabdamu. Aku buktikan betapa manjur doamu. Saat kau bilang, akan terusir. Terusir juga semua, hingga hari ini.
Ibuku memang tak pernah suka dia. Pasangan hidupku. Aku tak mengerti kenapa. Cucu cucu cantik telah jadi penghibur ibuku. Namun ibu tak pernah rela. Hingga beliau pergi.
Pesan terakhir itu, tentang seseorang. Walau tak seorangpun percaya. Seolah aku mengarang cerita. Tapi itu amanat. Yang kujaga. Mengalir bersama takdir menuju keridhoan pesan ibu. Kan kuperjuangkan dalam langkah. Kan kuwujudkan jadi nyata.Â
Pesan itu tetap kujaga. Biarkan orang lain tidak percaya. Itu haknya. Tapi ini nyata, sekarang aku bersamanya.
Semoga terwujud pesan ibuku. Bekal dari ibu akan mengantar menuju bahagia. Terima kasih ibu. Engkau menyimpan misteri. Dan titahmu sebentar lagi akan terwujud. Aku akan bersamanya. Agar Engkau dialam sana bahagia.
Malang, 22 Desember 2020
Oleh Eko IrawanÂ
Selamat hari ibu, Al Fatihah untuk beliau dialam sana. Senyummu kurindukan