Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Apapun Kebutuhanmu, ke Warung Sebelah Aja

16 Desember 2020   13:25 Diperbarui: 16 Desember 2020   13:34 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertumbuhan UMKM di sekitar kita sudah selayaknya menjadi tanggung jawab kita semua. Usaha rumahan untuk menciptakan keluarga tangguh, terutama sejak pandemi melanda negeri ini, tengah mengalami kembang kempis, terutama usaha UMKM. Dengan kearifan lokal Indonesia berupa gotong royong, sedikit banyak bisa membantu usaha orang orang terdekat sekitar kita.

Jangan berpikir kita investasi ke warung sebelah terus hitung hitungan untung besar, bukan itu maksudnya. Semua elemen masyarakat dewasa ini terkena dampak pandemi, apapun usaha dan bidang usahanya. Kita bisa makan layak saja, sudah Alhamdulillah. Berikut beberapa langkah gotong royong yang bisa kita lakukan untuk membantu UMKM disekitar kita. Semoga menginspirasi.

Lapar? Makan di warung sebelah aja.

Gaya hidup modern menciptakan trend baru termasuk kebiasaan makan. Warung kuliner tumbuh pesat, karena semua manusia butuh makan setiap hari. Bagi yang tidak sempat masak, wisata kuliner adalah solusinya. 

Diperkotaan, warung dengan tempat nyaman, bisa Nongkrong lega dengan kolega, fasilitas free WiFi, bebas pengemis dan pengamen dan punya spot foto Instagramable, banyak dikunjungi konsumen. Ukuran mahal, tidak masalah. Padahal secangkir kopi disana bisa 15ribuan. Gaya hidup demikian telah mewabah sebagai trend kekinian. 

Terus bagaimana nasib warung UMKM tetangga sebelah? Sepi pembeli. Karena secara modal, tempat dan masakan yang dijual, jelas tidak bisa mengejar trend kekinian.

Solusinya simple. Lapar? Coba sekali kali makan sederhana di warung sebelah aja. Ini sudah sangat menolong mereka untuk bertahan usahanya. Kopi disana bisa 4 sampai 5ribuan. Dimasa pandemi, kurangi kegiatan dan datangi warung sebelah agar berkah rejeki juga mereka nikmati. Jangan gengsi, ini upaya gotong royong khas Indonesia. Masak malu? Lha kamu warga negara mana? Turis asing aja kalau makan cari yang khas Indonesia, seperti Gatot dan tiwul. 

Butuh sesuatu? Belanja aja di toko sebelah.

Selain selera kuliner high end, belanja pun juga mengalami pergeseran sangat signifikan. Keberadaan mini market sudah semakin dekat dengan perkampungan. Silahkan saja belanja kesana, toh toko toko itu juga menampung pekerja dari lingkungan sekitar. 

Terus bagaimana nasib toko sebelah yang menyediakan kebutuhan sehari hari seperti sabun, sampo dan mie instant?

Sekali waktu belanja saja disana. Tak ada rugi anda memberikan selisih harga lebih mahal 200 perak untuk UMKM tetangga anda sendiri, agar mereka punya penghasilan. Membantu tetangga itu pekerjaan mulia lho. Jangan jangan  kalau utang belanja ditetangga, tapi belanja besarnya di supermarket. Ini yang lucu.

Bantu promosi UMKM tetangga 

Toko warung sebelah biasanya hanya punya jangkauan 5-10 rumah pembelinya. Penghasilannya tentu juga terbatas. Beda yang ada dijalan poros, bisa menarik pembeli diluaran. Tapi kebanyakan UMKM ada di gang sempit yang sulit dijangkau, sehingga orang luar banyak yang tidak tahu.

Bagaimana cara membantu promosinya? Pertama, bantu mereka terdaftar dalam mekanisme grabfood atau gofood. Kebanyakan UMKM itu tidak paham tehnologi. Kamu yang mampu secara pengetahuan, coba bantu pereka.

Kedua, sekali kali jalan jalan ke rumah sebelah. Lihat usaha apa mereka. Selain silaturahmi, juga untuk mengapresiasi karya tetangga sebelah. Beli dan bantu promosikan melalui media sosial. Itu sangat membantu agar mereka dapat pembeli baru dari orang luar lingkup kampungnya.

Start up bisnis UMKM kampung

Salah satu ide yang lebih besar sumbangsihnya pada ekonomi kampung adalah ide kampung tematik. Kampung warna warni di jodipan kota malang dahulu daerah kumuh. Setelah menjadi jujugan destinasi kampung warna warni, kampung tersebut menjadi bersih dan menarik. Ada perbaikan ekonomi masyarakatnya dan tempat tersebut viral, karena jadi lokasi shotting film Yo wis Ben. 

Terbaru adalah kampung Nila Slilir di kelurahan Bakalan Krajan kota Malang. Kampung ini mengangkat budidaya ikan nila sebagai usaha alternatif menciptakan lapangan kerja dan memperoleh penghasilan tambahan serta pemenuhan kebutuhan gizi keluarga. Disana, telah muncul 80an kolam bioflok yang berisi budidaya ikan nila, dengan cover jangkauan tidak hanya lokal slilir semata, tapi sudah menjangkau malang raya. Terbaru mereka membuat kolam hingga ke daerah kabupaten Malang.

Antusias warga Kucur, warga diluar wilayah slilir yang ikut budidaya nila (Dok. pribadi)
Antusias warga Kucur, warga diluar wilayah slilir yang ikut budidaya nila (Dok. pribadi)
Dengan melihat potensi yang dimiliki kampung setempat, seorang start up bisa merintis sebuah ide pemberdayaan UMKM.  Dengan menjadi start up bisnis kampung, usaha UMKM masyarakat sekitar bisa dibranding dengan kemasan yang unik. Di kampung Nila Slilir contohnya sudah muncul kerupuk Nila dan abon nila. Juga muncul batik kampung Nila. Bahkan muncul pula Warung KNS yang menyediakan tempat kuliner nila dengan suasana alam pedesaan.

Abon nila kampung Nila Slilir (Dok. pribadi)
Abon nila kampung Nila Slilir (Dok. pribadi)
Hal hal seperti ini bisa menumbuhkan tumbuh kembang UMKM di kampung dan bisa menolong mereka untuk bangkit.

Demikian  4 tips mendukung UMKM agar tercipta keluarga tangguh ditengah masa pandemi, sebuah upaya real yang telah dipraktekkan pelaksanaannya di kampung Nila Slilir Bakalan Krajan kota Malang. Bagaimana dengan kampungmu? Apa yang kamu lakukan disana? Semoga artikel ini menginspirasi. Selamat mengeksplore dan berperan mendukung tumbuh kembang UMKM di sekitarmu.

Malang, 16 Desember 2020

Oleh Eko Irawan, Pegiat Kampung Nila Slilir kota Malang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun