Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa Harus Bersaing? Sebuah Refleksi Penghasilan Istri Lebih Besar

12 Desember 2020   07:03 Diperbarui: 12 Desember 2020   07:09 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menikah itu komitmen. Kesepakatan. Bukan motor racer. Yang menang menghina yang lain, keok. Menjatuhkan mentalnya.

Menikah itu berbagi. Saling menyadari, tanpa tersinggung. Sepakat jalan bareng. Bukan itungan debitor dan kreditor. Pakai bunga. Pakai denda.

Menikah itu pakai cinta. Saling isi dan menguatkan. Saling menopang dan menanggung. Saling menghargai, tanpa bersaing. Ada tugas dan kewajiban. Yang berlebih, mencukupi yang lain. Ada tuntunan agama, bukan tontonan saling hina.

Tak masalah jika jika istri lebih besar penghasilannya. Kalau cinta terawat, seperti pengantin baru. Semua indah dikursi pelaminan. Tak mikir duwit. Semua bisa saling menerima, saling menghargai.

Namun apa harus bersaing? Tanda cinta mulai luntur. Cinta hanya diukur dengan uang. Tanda retak, karena sama egois. Merasa super. Merasa hebat.

Kebutuhan, apapun itu bisa selesai dalam bahasa cinta. Yang terawat, bisa usai dikursi pengantin. Yang menang menangan, cintanya sudah ditempat sampah, usai dikursi pengadilan.

Saat cinta tak ada, penghasilan adalah masalah. Sarapan hinaan. Ghibah jadi sarapan. Selingkuh jadi hiburan. Sandiwara jadi pilihan. Orang lain lebih mulia dan jadi pujaan. Karena cinta diukur dengan penghasilan.

Jika cinta, pertahankan. Agama mengajarkan. Tak ada masalah, semua bisa diselesaikan. Menghidupkan kembali kursi pelaminan. Susah dibikin indah, sedih dibikin syahdu. Tak ada selisih, karena jadi raja dan ratu. 

Bermasalah dengan penghasilan istri? Itu tanda tak harmonis lagi. Berlomba dan bersaing, tak pakai hati. Tak ada lagi cinta, saling memiliki.

Malang, 12 Desember 2020 oleh Eko Irawan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun