Aku ingin bersamamu, selamanya. Modalku, hanya satu, cinta. Seperti daun daun, terus tumbuh bersama hujan. Terus mekar dalam harap. Menjemput matahari.
Aku tulus padamu. Karena dirimulah permata hatiku. Walau kau berkata mbuh dan bah. Tapi aku percaya kreteg atiku. Itu tak salah. Karena ini tentang aku. Yang berjuang menggapai perubahan. Karenamu.Â
Cinta modalku. Cinta semangatku. Untuk terus melaju. Memberi bukti. Nanti. Untukmu. Saat waktunya tiba.Â
Jika kau minta sekarang, aku tak punya. Cobalah dengar dahulu aku kenapa. Kau harus tahu itu. Kau harus lihat. Kau harus bisa rasakan. Perjuangan ini butuh waktu. Butuh dukungan. Butuh semangat.
Buatlah aku semakin sayang padamu. Karena itu membuat aku kuat. Perjuanganku Bukan untuk ditonton. Bukan untuk ditertawakan. Apalagi untuk diminta sekarang. Jangan biarkan aku sendiri berjuang meraih mimpi. Ini untukmu, percayalah, ini milik kita.
Ini bukan janji. Karena janji harus ditepati. Kalau aku janji, kau hanya menonton, menanti bukti. Ini perjuangan bersama mewujudkan mimpi. Saling dukung, saling menguatkan, saling mengisi.Â
Cinta itu rasa. Cinta itu bisa membara. Namun cinta bisa mati. Rawatlah cinta ini. Agar tetap menyala. Agar tetap tumbuh. Seperti suburnya daun daun cinta.Â
Jangan lelah menungguku. Aku bukan tontonan lucu. Aku butuh kau temani. Agar aku tak menangis sendiri. Seolah ini kewajibanku. Seolah ini tugasku. Bukan itu. Ini perjuangan bersama, bukan janji melulu. Karenamu aku kuat, karenamu aku berharap. Jangan kau matikan rasa ini, jika mati akan terhenti. Seperti daun daun cinta, yang kering tanpa disirami.Â
Rawatlah jangan kau benci. Ini timbal balik penuh arti. Tanpamu, semua ini tinggal mimpi. Hadirmu mengisi, agar aku bisa memberi bukti. Tapi tanpamu, aku akan sendiri. Tak kuat memikul beban ini. Perjuangan ini bersama, bukan sendiri.Â
Malang, 10 Desember 2020Â
Oleh Eko Irawan