Ikuti kata hatimu. Kemanapun. Jangan lawan. Kepasrahanmu memberi jalan. Untuk menemukan. Jawaban. Tak perlu mencari. Ikuti saja. Jalan Takdir terindah. Akan membawamu. Pada bahagia, milikmu sendiri, kenyamanan hatimu.
Sekali waktu Berhentilah sejenak, untuk mendengar. Krenteg atimu. Ikuti saja, jangan lawan. Ada lautan hikmah. Samudra inspirasi, ada disana. Dalam krenteg hatimu sendiri.Â
Dia ada, tapi tak pernah kau dengar. Itu rasa. Itu sahabat. Kadang memintamu berhenti. Kadang mengajakmu pergi. Kadang memintamu. Kadang menolakmu.Â
Tapi kadang kau hanya berhitung logika. Memakai rumus matematika. Krenteg ati tak didengar. Tak diberi tempat. Walau hanya sepersen saja. Tapi hasilnya, tak nyaman. Menyesal tiada guna.Â
Krenteg ati ukuran bahagiamu kelak. Bakal dumadi, bakal kasembadan. Bakal terjawab, bakal kau temukan. Diluar perencanaan.Â
Itulah piranti, dari Illahi. Ada dalam diri. Hatimu ini, jika baik, maka kebaikan akan meliputi. Jika gelap, hanya akan ada curiga dan iri. Berjalanlah pakai hati. Raihlah nyaman hati. Milikmu sendiri.
Malang, 9 Desember 2020 oleh Eko IrawanÂ
Catatan:
Puisi ini terinspirasi oleh Guru motivator saya, kompasianer Abdul Malik yang meluncurkan artikel Krenteg Ati. Keren dan makasih inspirasinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H