Perjuangan belum usai. Berlalu dari palagan ke palagan. Untuk suatu harap. Tapi tak ada jalan pulang.
Bukan maksudku. Keadaan memaksa begitu. Kekasih menunggu disana. Tapi musuh memblokade semua jalanku.
Gerilya dari satu tempat ke tempat lainnya. Ini tanahku sendiri. Yang terinjak. Yang dirampas. Aku berjuang untuk merdeka. Agar aku bisa pulang. Menemuimu.
Tunggulah Kanda. Dinda mungkin bertanya. Kemana. Surat itu sudah kukirim. Tapi tah kemana sang kurir. Mungkin tertangkap. Dan aku diburu mata mata. Posisi terakhirku diacak durjana. Dan akupun mundur, menunggu jalan kembali.
Dinda mungkin lelah menunggu. Disana. Tanpa kabar dariku. Aku tak bisa berkabar. Tak ada jalan pulang. Aku harus terus berjuang. Tak tahu sampai kapan.
Doamu kutunggu. Agar aku segera kembali padamu. Semoga semua ini usai. Aku ingin kembali. Sekalipun, tak ada jalan pulang.Â
Kampoeng Sedjarah, 8 November 2020
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H