Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Start-up Bisnis ala Kampung Nila Slilir

7 Desember 2020   13:43 Diperbarui: 7 Desember 2020   13:49 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harus dimulai sekarang, atau besok jadi penonton. Itulah filosofi start up bisnis Pokdakan kampung Nila Slilir, kelurahan Bakalan Krajan kota Malang. Di level kampungpun, ada upaya pegiat menjadi start up, mengangkat ekonomi kreatif berbasis budidaya ikan dan pemberdayaan masyarakat. Berikut ulasannya 

Butuh solusi, dimasa pandemi 

Swadaya masyarakat adalah kunci memulai sebuah ide start up. Banyak lingkup masyarakat yang hanya menunggu bantuan dari instansi terkait. Mereka bergerak setelah ada bantuan dari pihak ketiga. Menunggu dan menunggu. Ibarat orang mancing, hanya menunggu dapat ikan. 

Sampai kapan? Apalagi ingin panen ikan tapi tidak ada upaya memulai dengan membeli sendiri alat pancing atau jala. Menunggu orang lain, memberinya pancing. Buang waktu dia sia.

Untuk panen ikan, dibutuhkan kreatifitas. Tak bisa duduk melamun, membayangkan tiba tiba panen ikan. Emang Doraemon?

Swadaya adalah usaha kreatif untuk pemberdayaan dari masyarakat sendiri. Masyarakat itu butuh solusi, dimasa pandemi. Dan memulainya itu harus berani berjuang dengan swadaya. Disinilah dibutuhkan motor penggerak dari masyarakat itu sendiri. 

Pemerintah setempat, yang diwakili oleh Bapak Johan Fuady selaku Lurah Bakalan Krajan, memberi pancingan kepada masyarakat slilir berupa bibit ikan nila untuk diberdayakan di lokasi kolam belakang balai RW. 3 kelurahan Bakalan Krajan pada Februari 2020.

Disinilah para pegiat masyarakat tergerak menjadikan nila sebagai start up pemberdayaan kampungnya. Inilah solusi, ditengah pandemi. Dengan pemanfaatan teknologi bioflok, terciptalah harapan ekonomi kreatif, bukan sekedar mimpi panen ikan, bukan sekedar konsep diatas kertas, tapi hingga Desember 2020 sudah lebih dari 70 kolam bioflok memberikan solusi daulat pangan dan daulat ekonomi bagi masyarakat.

Sinergi lintas sektoral 

Kunci kedua start up ala kampung ini adalah membangun sinergi. Selain dengan dinas terkait dalam hal ini Dinas Perikanan selalu pembina, kampung Nila slilir juga menjalin kerjasama sinergi. Pertama dan utama dengan masyarakat slilir sendiri dan dusun dusun sekitar wilayah bakalan Krajan. 

Dibangunlah sistem komunikasi melalui pertemuan tiap Rabu malam untuk membahas progres dan kendala teknis yang dihadapi para petani. Rapat ini penting, sebagai wujud nyata mengukur perkembangan dan kendala yang dihadapi dilapangan. Tanpa rapat, komunikasi akan putus dan tidak bisa maksimal, karena tidak ada komunikasi real time.

Sinergi dimaksud tidak terbatas dilingkup masyarakat sendiri, tapi juga sinergi dengan sesama kampung tematik lainnya, antara lain dengan kampung biru Arema, yang diawali dengan penanda tanganan MOU kerjasama budidaya nila diwaktu waktu mendatang.

MOU kampung nila slilir dan kampung Biru Arema (Dokpri)
MOU kampung nila slilir dan kampung Biru Arema (Dokpri)
Kegiatan pengembangan dan sinergi juga dilakukan dengan para blogger Kompasiana malang  atau Bolang Kompasiana yang membuat program wisata investasi di kampung Nila Slilir. Para blogger ini punya satu kolam bioflog berdiameter 3 m. MOU antara bolang dan Kampung Nila Slilir ini akan dijadikan pilot project pemberdayaan Nila dimasa mendatang

MOU bolang dan kampung Nila Slilir (Dokpri)
MOU bolang dan kampung Nila Slilir (Dokpri)
Bolang selaku komunitas penulis akan mengabadikan proses budidaya ikan nila dari awal hingga panen dalam wujud buku karya bersama. Buku budidaya nila ini kelak akan menjadi buku panduan wajib petani nila bioflok di Indonesia, dan ini merupakan langkah awal bagaimana sebuah start up level kampung membangun sinergi untuk kesejahteraan masyarakat. Semoga upaya start up ini menjadi Berkah dan diridhoi Allah SWT.

Malang, 7 Desember 2020

Oleh Eko Irawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun