Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cinta Menatap Langit

6 Desember 2020   20:35 Diperbarui: 6 Desember 2020   20:56 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri foto Eko Irawan : cinta menatap langit

Aku tak mengerti bahasamu. Dalam kata kau menolakku. Tapi kau mau, jalani kisah bersamaku. 

Aku membaca bahasa matamu. Terekam dalam semua video tentangmu. Seolah aku yang nekad mengejarmu. Tanpa lelah demi cintamu.

Aku yakin. Karena cinta tak akan salah. Kau bilang sia sia, aku menunggumu. Tanpa batas waktu. Tapi aku tahu kenapa kau begitu.

Bukti. Sekarang memang tiada. Ini bukan janji. Aku kuat bertahan, juga karenamu. Aku sanggup menunggu, juga karenamu . Aku berjuang pantang mundur, semua untukmu.

Kau bilang, percaya tulusku. Kau cerita, Seolah kita tak mungkin menyatu. Tapi kau membuat aku semakin sayang padamu. Ku yakin dirimu tercipta untukku. Menemani sisa hidupku, bersama dalam alunan rindu. Yang tak pernah bosan, sekalipun kau keras padaku.

Jodoh tak akan kemana. Usaha tak akan mengingkari hasilnya. Aku persembahkan tulus, aku juga persembahkan apa adanya. Bersama dalam kisah asmara.

Cinta menatap langit. Menengadah dalam doa. Siapa yang bersungguh sungguh akan memetik hasilnya. Masihkah akan ditolak, saat bukti bicara.

Kau yang mendukungku. Kau membuat bangkit. Kau membuatku semangat.

Ada kita jalan. Tak ada, kita nunggu. Kisah sederhana tanpa romansa. Tanpa janji. Apa adanya. Mengalir seperti air.

Bukti itu, hasil perjuangan bersamamu. Aku berubah, aku kuat, juga karenamu. 

Kau tak suka aku sambat. Kau tak suka aku mengeluh. Kau tak suka aku berkeluh kesah. Kau tak suka aku meradang. 

Kau ingin aku tangguh. Untuk jadi pemenang. Dan saat bukti itu dipetik, itu milikmu. Hakmu. Saat nanti kemenangan jadi bukti, Apa aku kau suruh pergi? Kau suruh sendiri lagi? Terpenjara sepi. Merana dalam sunyi.

Cinta menatap langit. Penuh harap. Berisi doa. Doa agar kita bersama. Aku hadapi dengan tabah. Aku yakin, kau mengujiku. Memberiku teka teki kisah berliku. Kau ingin tahu, berapa kuat cintaku padamu. Tak perlu kata, karena bukti bicara.

Mari bergandeng tangan. Kita Songsong masa depan. Yakin penuh harapan. Bersamamu wujudkan impian. Karena cinta tulus, harus diperjuangkan.

Malang, 6 Desember 2020 oleh Eko Irawan 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun