Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Konspirasi Ulat

29 November 2020   12:24 Diperbarui: 29 November 2020   12:32 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tahu kita sama sama punya hak. Hak untuk cinta. Hak untuk bahagia. Hak untuk memiliki. Tapi caramu melanggar hak yang lain. Sadarkah? Atau kau mabuk? Atau pura pura bodoh?

Kutemui kau pucat. Kau bilang hanya teman curhat. Hanya saling motivasi. Tapi kok itu? Buktinya Allah yang punya. Katanya kamu ahli ibadah? Tapi di mana imanmu? Allah tahu kelakuan bejatmu. Bangga ya? Sudah merasa hebat? Wow, kamu jagoan, tapi pengecut.

Kau sudah puas. Kau merebut kehormatan yang dijaga dengan iman. Tapi kau nikmati dengan alasan cinta. Kamu manusia atau ulat?

Kau boleh bohong padaku. Kau boleh tipu aku. Tapi Allah tahu. Betapa laknatnya dirimu. Kalau kamu ulat, bisa kumaklumi. Tapi kamu katanya ahli ibadah. Amalmu sundul ke langit. Tapi kamu apa? Tertawalah seperti saat kau teguk nikmat yang kau ambil.

Aku bisa kau bodohi. Kau rusak semuanya milikku. Kau tetap terpuji. Kau tetap dibela. Kau tetap dipuja. Kamu hebat. Tapi iblis yang mengangkatmu. Tertawalah bangga, iblis laknatullah mendukungmu.

Kau sudah hina aku. Berani hanya di belakangku. Omonganmu direkam Allah saat kau ngaku tidak ini tidak itu. Tapi di balikku, kau ngakak bahagia. Kau menari nari lega dan puas di atas hakku. Kau kira itu maha benar. Maha hebat terpuji diranjang surga. Wow, lelaki surgawi ya dirimu itu? 

Aku tak tahu, tapi Allah tahu. Kau bisa bodohi aku, tapi Allah merekam bejatmu. Kau mau balasan apa? Aku terima penghinaanmu, dan bukan Aku yang mengadilimu, karena Allah-lah yang akan menghukummu. Selamat menikmati wahai Durjana.

Konspirasi ulat. Itu hakmu. Kau kira benar, tapi omongmu, dusta. Bohong. Bela diri. Pengecut. Kamu katanya dewa penolong? Penuh pengertian? 

Aku bisa kau bohongi, tapi Allah tahu segalanya. Sampai hari ini konspirasi ulatmu masih bekerja. Merusak pikiran waras. Merusak bahagiaku. Menginjak injak harga diriku. Mengotori kehormatan. Dan otak iblismu belum puas juga. Kau terus berulah. Seolah kau pahlawan pendendam. 

Ke mana otakmu? Ke mana imanmu? Ke mana hati nuranimu? Kau bisa sepelekan aku. Tapi Allah sudah kau ingkari dengan nafsu binatangmu.

Kau hebat. Kau berhasil. Kau pemenang. Tapi kau lupa, yang kau injak injak itu siapa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun