Tak berlebih. Saat gemuruh awan menjelang hujan. Di tepi kolammu yang jernih. Ditemani tarianmu. Menyapa saatku datang.Â
Sapa rindu ikan ikan. Sapa rindu sebuah harapan. Yang tetap ada bersama rintik rintik hujan.Â
Siang pun ditemani hujan. Airpun turun dari langit. Menyembunyikan matahari. Menyiram bumi. Kau teman sejati ku. Saat ku sendiri. Tak ada tempat untuk pulang.
Berteduh dalam naungan barak. Sendiri. Mengurai inspirasi. Aku di sini bersama ikan ikan. Yang setia temani hingga panen nanti.
Hujan kian deras. Kau ceritakan sebuah kisah. Tentang hidup. Bertahan dalam senyap. Tentang sesuatu yang telah hilang. Tentang sesuatu yang akan pergi. Tentang sesuatu yang akan datang.
Cerita memang baru dimulai. Di sini. Bersama ikan ikan. Oreochromis niloticus.Â
Nenek moyangmu jauh di Afrika. Ceritamu tentang raja raja. Sang penguasa lembah sungai Nil. Walau kau tak bisa bicara. Tapi di sinilah kau menginspirasi. Membangun ekonomi. Di desa 1000 tahun umurnya. Untuk menoreh jejak 1000 tahun lagi.
Bersama ikan ikan di sini.
Kampung Nila Slilir, 28 November 2020
Oleh Eko IrawanÂ
Catatan :
Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari Afrika, tepatnya Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di kolam-kolam air tawar di Indonesia, termasuk yang sekarang menjadi ikon budidaya dari Kampung Nila Slilir, sebuah kampung tematik di kelurahan Bakalan Krajan Kota Malang. Nama ilmiahnya adalah Oreochromis niloticus, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H