Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Garis Batas Van Mook

23 November 2020   20:55 Diperbarui: 23 November 2020   21:18 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dokpri Reenactor Ngalam

Sisa keangkuhan Belanda. Penjajah semena mena. Memotong tanah air tercinta. Seperti kue bolu sesuka suka

Batas imajiner Van Mook. Memisah republik dengan pendudukan. Seolah itu tanah moyangmu. Membatasi gerak anak bangsa. Tak bisa bebas merdeka. Terbelenggu. Terjajah. Terpenjara.

Garis pembatas. Antara pejuang dan penjajah. Memisah jiwa merdeka. Diantara garis khayalan belaka. Siapa menerobos pasti tersiksa. Padahal ini negeri mereka sendiri. Tapi dilarang larang Belanda.

Bersyukurlah anak bangsa. Harga merdeka mahal harganya. Hargailah pahlawan negara. Yang rela mati untuk merdeka.

Isilah merdekamu dengan karya. Sejarah jangan kau lupa. Tunjukan prestasi luar biasa. Banggalah menjadi Indonesia

Garis Van Mook Pudjon, 23 November 2020

Oleh Eko Irawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun