Secara cinematografi, memang belum sempurna. Apalagi team intern Reenactor Ngalam yang membuat film ini, juga tidak punya basic pendidikan cinematografi. Ini murni autodidak. Â Diperlukan peningkatan kualitas dimasa masa mendatang dengan dukungan dunia cineas di negeri ini.Â
Reenactor dan Dunia Cineas
Belum banyak perhatian dari dunia cineas mengajak Reenactor bermain film. Dikiranya anak anak Reenactor ini hanya gaya gayaan. Musim musiman. Potensi kampungan. Hal ini berbeda dengan film di dunia barat. Reenactor di Jerman, adalah pemain utama dari film film karya cineas mereka.
Prinsip otentik yang jadi pegangan Reenactor sangat dihargai cineas luar negeri. Mereka sangat peka terhadap potensi keorisinilan dari komunitas Reenactor. Beda dengan dinegeri ini, yang disalahkan Reenactor sendiri. Yang katanya kurang promosi. Tidak mau memperkenalkan diri. Dan sejuta alasan yang sejatinya menggambarkan ketidakpekaan pihak mereka sendiri. Seseorang yang tidak tahu suatu hal, kok yang disalahkan pihak yang mengembangkan potensi tersebut. Why man?
Era kemajuan google seperti sekarang, dimana kemudahan ada digenggaman, ternyata keminatan pada potensi komunitas sejarah yang digeluti Reenactor tetap tersembunyi. Dikira untuk satu stel dandan ala pejuang dianggap murahan. Ini Hobby yang jadi life style lho.Â
Memang kalah sih dengan cosplay impor ala Korea. Kalah tenar. Tapi cosplay semacam itu apa bisa bertahan lama? Dikira pula Reenactor ini masih barang baru. Reenactor Ngalam aja sudah berdiri sejak 2007 dan tetap konsisten hingga sekarang. Ini komunitas pecinta sejarah bangsa lho, bukan sekedar pakai kostum tapi tidak ngerti sejarah bangsanya.
Dalam Reenactor juga gemar berliterasi, karena konsepnya bersandar pada catatan otentik yang terbukti valid dalam sejarah. Bukan pada trend impor yang meniru niru dari luar.
Tujuan kami direenactor adalah memperkenalkan  metode pembelajaran sejarah, agar generasi mendatang tercipta anak bangsa yang bangga menjadi Indonesia, bukan bangga berdandan ala bangsa lain. Kita lahir dan hidup di negeri ini. Kita harus bangga menjadi bagian dari negeri ini.
Dengan berkarya melalui museum dan film karya sendiri ini, diharapkan pihak cineas punya kepedulian untuk kolaborasi dalam membuat film film perjuangan. Semoga ada kepekaan cineas mengenali potensi komunitas ini. Ini dibuat dengan segala keterbatasan, namun terus berkarya untuk bangsa.
Jika karya ini bukan bukti kepedulian cinta tanah air, sekarang mana bukti maha karyamu... Tunjukan...
Malang, 9 November 2020 dalam rangka menyambut hari PahlawanÂ