Disini mungkin jadi bakso terakhir. Segelas teh berdua yang terakhir. Bersamamu. Setelah itu tak pernah ada lagi. Kebersamaan.Â
Bertahan itu sakit. Dibahas malah bertengkar. Diam malah salah paham. Bicara malah bikin hati terluka.Â
Untuk apa hidup pura pura. Berpuluh tahun hanya untuk kepalsuan. Seolah nyaman. Tapi menyimpan bara.Â
Untuk apa sibuk dengan yang lalu. Cari pembenaran buat langkah hari ini. Mengalah terinjak injak. Menangpun hanya kepuasan dendam. Apapun itu akan salah. Karena kutub ini sudah saling tertolak.
Bakso terakhir. Saat semua kisah terhenti. Sekarang butuh solusi. Tak mungkin diakhiri dalam semangkok bakso. Hidup masih harus berlanjut. Walau tertatih. Lari mungkin solusi. Tapi semua ini harus dihadapi.
Lelah sudah hadapi badai. Luluh lantak semua asa. Bertahan malah hancur dan sakit. Hidup sekali ini, terlalu mahal hanya diisi begini. Selisih tiada ujung, dendam tiada usai. Untuk apa?
Selamat jalan masa lalu. Bakso ini akan jadi terminal terakhir. Saat sepakat diakhiri. Saat dada ini sesak. Kemarahan bukan solusi. Yang ada harus mengikhlaskan. Walau bukan ini tujuan awal kita bersama.Â
Simpang jalan tiga. Saat memilih berpisah. Beda arah. Semoga sama sama menemukan keindahan. Setelah ini. Setelah lama menunggu bukti. Harus ini dilalui, agar tidak tersakiti.
Malang 6 November 2020
Oleh Eko irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H