Kebutuhan Peningkatan akan gizi keluarga, terutama untuk konsumsi keluarga berupa ikan dan sayur, idealnya dapat dipenuhi sendiri secara mandiri oleh keluarga tersebut.Â
Ide ini direalisasi di Kampung Nila Slilir, Kelurahan Bakalan Krajan Kota Malang dengan memadukan konsep Budidaya Ikan Nila dan  bertani ala Urban Farming. Bagaimana Keseruannya? Mari Kita ikuti Liputannya.
Kondisi Masyarakat saat Pandemi Covid 19
Dampak Pandemi covid 19 bagi masyarakat sungguh sangat berpengaruh. Penurunan Penghasilan keluarga sangat berdampak menurunkan daya beli masyarakat.Â
Untuk bertahan hidup, dibutuhkan kreativitas dari komunitas masyarakat itu sendiri. Banyak dari masyarakat hanya menyalahkan pihak lain tanpa melakukan apapun.Â
Namun di lingkup RW III kelurahan Bakalan Krajan Kota Malang, Punya ide brilian berupa konsep urban Farming berbasis swadaya masyarakat. Tujuannya adalah menghijaukan lahan tidur dengan tanaman sayur.Â
Secara bertahap, Ibu ibu PKK ini bisa memanen sayur dari tanaman yang mereka tanam sendiri dan hasilnya untuk konsumsi keluarga. Jika ini dilakukan semua ibu ibu di Negeri Ini, Kebutuhan akan sayur mayur akan terpenuhi secara mandiri.Â
Indonesia negeri yang subur, tanaman singkong ditaruh ditanah gembur saja bisa tumbuh. Bayangkan ini di jepang, yang harus membangun gedung bertehnologi tinggi agar bisa menanam singkong atau padi. Kita Harus bersyukur, negeri Indonesia sangat subur dan alam sangat mendukung kehidupan manusia.
Tapi tak punya lahan, bisakah berkebun sayur?
Urban Farming jawabnya. Apa sih Urban Farming itu? situs wikipedia menterjemahkan urban Farming sebagai berikut :
praktik budidaya, pemrosesan, dan disribusi bahan pangan di atau sekitar kota. Pertanian urban juga bisa melibatkan peternakan, budidaya perairan, wanatani, dan hortikultura. Dalam arti luas, pertanian urban mendeskripsikan seluruh sistem produksi pangan yang terjadi di perkotaan.
Pada praktiknya pertanian Urban Farming saat ini di kota kota besar mengarah pada pembangunan pertanian yang mempunyai nilai estetik dan mempunyai nilai manfaat lebih luas untuk psikologi dan lingkungan
Keterbatasan tanah adalah masalah serius diperkotaan. dengan konsep urban Farming, para ibu ibu bisa berinovasi menanam sayur diberbagai media.Â
Kebetulan giat ibu ibu di RW. III kelurahan Bakalan Krajan Kota Malang ini memanfaatkan lahan tidur di belakang Balai RW. Dengan Swadaya dan Gotong royong jadilah kebun sayur percontohan.Â
Diharapkan kebun contoh ini merupakan inspirasi bagi ibu ibu seindonesia untuk giat berkebun menanam sayur secara mandiri, sehingga kebutuhan sayur keluarganya bisa terpenuhi.
Dengan Konsep Urban Farming ini, Para ibu ibu bisa berkebun sayur secara mandiri. Kebetulan di RW. III ini juga tengah dikembangkan konsep budidaya ikan Nila, sehingga sinergi ini menjadi destinasi wisata edukasi yang sangat menarik.
Kebun tersebut dikelola secara gotong rakyat dan hasilnya dibeli sendiri oleh ibu ibu tersebut. Hal ini dilakukan untuk menjaga kelangsungan hidup urban farming agar bisa punya kas untuk membeli bibit baru dan kembali menanam sayur. Terus bergulir sehingga konsep sederhana ini bisa jadi Inspirasi bagi Ibu Ibu diseluruh Indonesia menuju Indonesia berdaulat Pangan.
Konsep ini bukan hanya diatas kertas, namun sudah di kembangkan dari masyarakat, dikelola oleh masyarakat dan outputnya juga untuk masyarakat. Berikut beberapa dokumentasi Giat Urban Farming di RW. III Kelurahan Bakalan Krajan yang langsung di Bina Oleh Ketua TP PKK Kelurahan Bakalan Krajan.
Selamat Berkebun Urban Farming
Terima Kasih Untuk Kontributor Foto dari Ibu Yayuk Indri A.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H