Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Reenactor, Museum, Kampung Wisata, dan Pembelajaran Sejarah

2 Juli 2019   14:10 Diperbarui: 2 Juli 2019   14:23 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi Musium Reenactor Ngalam pojok WW2 Sub tema Jerman | dokpri
Koleksi Musium Reenactor Ngalam pojok WW2 Sub tema Jerman | dokpri
Senjata senjata koleksi Musium ini adalah senjata replika dengan skala 1 banding 1. Koleksi ini hanya sebagian kecil yang bersifat airsoftgun, namun sebagian besar adalah karya sendiri dari Komunitas Reenactor Ngalam. Membuat sendiri? ya, inilah fakta kemampuan Reenactor Ngalam membuat sendiri Replika senjata ini dan uniknya ini berasal dari barang barang bekas. 

Jika musium militer koleksinya adalah barang relik sisa masa perjuangan dahulu, uniknya musium ini membuat replikanya dari barang bekas. Pengunjung pasti tidak bisa membayangkan bagaimana proses pembuatannya dengan peralatan serba sederhana dan sangat terbatas di bengkel Reenactor. Membuatnya juga tidak sembarangan, karena harus sesuai dengan detail asli dan kegiatan ini dalam pembinaan Bintaldam TNI melalui Musium Brawijaya Malang. 

Apakah tiba tiba bisa ngumpul langsung sebegitu banyak di Musium Reenactor? ternyata ini dirintis sejak Tahun 2007, artinya hingga tampil apa adanya sekarang adalah perjuangan tanpa lelah selama 12 Tahun. Bukan tiba tiba muncul. Semua ini dilakukan dengan swadaya dan kecintaan pada pembelajaran sejarah. Belum ada pihak terkait yang membantu proses pembuatannya dan semua dilakukan secara swadaya dan swakelola oleh Komunitas sendiri. Apakah ini tidak Unik?

Masukan dari Para Pengunjung tentang kenapa di musium ini tidak ada miniatur senjata dalam bentuk skala mini, Karena senjata yang dipajang disini adalah properti ketika kegiatan reenactment dilapangan. dibutuhkan ukuran asli 1: 1 ketika memerankan teatrikal drama pertempuran, sehingga penampilan drama tersebut mendekati real. adalah sangat lucu ketika drama teatrikal perang 10 november membawa senjata miniatur dalam ukuran mini. Karena dalam bukti otentik Foto sejarah Perang 10 November yang terekam di Musium Leiden Belanda, tidak ada bukti otentik para pejuang ini menenteng senjata miniatur atau membawa senjata era kekinian. 

Reenactment sangat jeli terhadap penggunaan properti. Hal hal ngawur tanpa dasar tidak bisa dibenarkan dalam reenactor, misal berperan sebagai Belanda tapi pakai doreng TNI jaman Now. Itu Jelas Ngawurologi, artinya, seragam TNI jaman Now itu belum diprodoksi Tahun 1945 dalam perang 10 November.

Destinasi Kampung Wisata Tawangsari Kampoeng Sedjarah
Rintisan Musium Reenactor Ngalam adalah destinasi Unggulan dari Tawangsari "Kampoeng Sedjarah." ini adalah upaya bagaimana sebuah hobby dan komunitas bisa memiliki makna pada lingkungan sekitar. Tawangsari sendiri adalah nama dusun Kuno di wilayah ini yang sekarang sudah tidak lagi di kenali. Mengangkat nama Tawangsari adalah upaya pelestarian Topoinimi asal usul dusun pembentuk kelurahan Sumbersari. 

Kenapa Sumbersari menjadi Kampoeng Sedjarah, Karena sejak Agresi Militer Belanda Tahun 1947, Kota Malang menjadi daerah pendudukan Belanda. Pihak TNI harus mundur jauh di Luar Kota. untuk kepentingan intelijen TNI masa itu, Daerah Sumbersari ini dijadikan Markas Komando Gerilya Kota. Ada sebuah Rumah di Gang III Sumbersari yang di jadikan Markas Pejuang. 

Markas ini dipimpin oleh Kapten Soemitro, yang menyamar sebagai Tasrip warga setempat. Beliau memegang KTP terbitan Belanda atas Nama Tasrip tersebut agar bisa memantau perkembangan pasukan Belanda di Kota Malang. Kapten Soemitro sendiri terahir Menjabat Pangkopkamtib Era Presiden Soeharto dengan Pangkat Jendral. Itulah inspirasi Awal kenapa jiwa patriotik Pemuda sekitar begitu lekat dengan Perjuangan Kemerdekaan dan mengembangkan Komunitas Reenactor Ngalam ini.

dokpri-gedung Musium Reenactor Ngalam
dokpri-gedung Musium Reenactor Ngalam
dokpri Kampoeng Sedjarah
dokpri Kampoeng Sedjarah
Destinasi ini adalah sebuah upaya mensosialisasikan Reenactor sebagai metode belajar kekinian. Pengunjung bisa datang pada Jam sore Hari setelah Ashar setiap hari Kecuali hari senin tutup. Musium ini memang jauh terletak di dalam kampung, tapi bukan kampungan. Di sini bisa belajar bersama tentang Sejarah Malang Bumi Hangus, Sejarah Gerilya Rakyat Kota Malang dan sejarah Revolusi Kemerdekaan Indonesia. Kegiatan di sini bukan menggurui, tapi sebuah upaya belajar bersama sejarah ala reenactor. Bahkan bisa pula belajar sejarah perang dunia ke-2. Jika Musium milik TNI hanya belajar sejarah Indonesia, disini bisa jadi jujugan rekan rekan pecinta sejarah Perang Dunia ke-2.

Dengan Destinasi Kampoeng seperti ini lambat laun akan mampu meningkatkan kunjungan ke masyarakat sekitar, dan akan bisa meningkatkan ekonomi kreatif masyarakat. Disinilah dibutuhkan peran serta masyarakat sekitar untuk turut memiliki dan uri uri milik masyarakat tersebut. Wujud dari dukungan masyarakat diwadahi oleh Pokdarwis "Kampoeng Sedjarah" yang kedepan Kapasitasnya akan semakin ditingkatkan.

Reenactor adalah metode Pembelajaran Sejarah
Dengan Perkembangan yang telah dicapai selama ini, tetaplah inovasi harus tetap dikembangkan. Apa yang dilakukan Reenactor Ngalam adalah upaya pengejawantahan sumbangsih sebuah hobby yang kemudian menjadi komunitas agar kegiatan ini, tidak terhenti sebagai kesenangan belaka dan terbatas pada pemahaman masing masing pribadi akan makna belajar sejarah. Sumbangsih ilmu ini harus ditransformasikan kepada masyarakat umum, terkhusus generasi muda  agar paham sejarah. Untuk apa paham dan pintar sendiri tapi tidak di share sebagai metode Pembelajaran Sejarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun