Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Tawangsari Kampoeng Sedjarah, Membangun Peluang Kerja di Kampung Sendiri

5 April 2019   18:02 Diperbarui: 6 April 2019   04:00 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Napak tilas Jendral Soedirman antara kediri Nganjuk (dok. pribadi)

Ini adalah sebuah ide bagaimana sebuah kampung mampu menjadi destinasi wisata berbasis sejarah. Untuk mengawalnya, sebuah tantangan besar bagi Reenactor Ngalam agar ke depan konsep wisata kampung mampu menyediakan lapangan kerja, memberikan kesejahteraan bagi warganya, dan menjadi destinasi wisata sejarah.

Ini ada di Malang Jawa Timur bernama Kampung Tematik "Tawangsari Kampoeng Sedjarah" dan inilah satu-satunya di Indonesia. Sebuah kampung, punya museum sendiri. Artikel berikut mencoba mengupasnya lebih dalam tentang Kampung Sejarah.

Kampung Sejarah, Kampungnya Laskar Rakyat Penggiat Sejarah
Dalam sejarah perang kemerdekaan masa Agresi Belanda, Sumbersari adalah markas Komando Gerilya Kota yang dipimpin oleh Kapten Soemitro. Jabatan beliau terakhir adalah Pangkobkamtib era Presiden Soeharto dengan pangkat Jendral. Selama di Sumbersari, Kapten Soemitro menyamar sebagai tasrip yang dikukuhkan dengan KTP terbitan Belanda. 

Fungsi Markas Komando Gerilya adalah sebagai markas utama memantau pergerakan pasukan-pasukan Belanda dan tempat pertemuan para pejuang. Pahlawan asal Malang, Mayor Hamid Rusdi, adalah komandan dari Kapten Soemitro. Dalam rangka konsolidasi pasukan TNI, wilayah Sumbersari menjadi Markas Komando Gerilya yang paling strategis karena dekat dengan pusat kota. 

Kisah heroik perjuangan ini selalu diingat dan dikenang warga Sumbersari dan menginspirasi para pemuda Dusun Tawangsari. Sekarang wilayah RW I Kelurahan Sumbersari mendirikan sebuah komunitas pegiat sejarah bernama Reenactor Ngalam sejak tahun 2007. Komunitas ini mulai aktif dalam kegiatan kesejarahan di Kota Malang maupun luar kota dan bersifat keswadayaan. 

Sembilan tahun kemudian, tepatnya pada 2016, komunitas ini bersama masyarakat RW I diminta pihak pemerintahan Kelurahan Sumbersari untuk membuat sebuah formulasi perencanaan pembangunan berbasis masyarakat dengan mengangkat potensi asli kampung. Diharapkan nantinya bisa memberi kontribusi pada peningkatan kesejahteraan dan mewadahi ekonomi kreatif, juga membuka peluang lapangan kerja secara inklusif. 

Formulasi perencanaan dari warga dan komunitas Reenactor Ngalam tersebut diberi nama "Tawangsari Kampoeng Sedjarah" dan diikutkan sebagai salah satu peserta Festival Rancang Malang, lomba kampung tematik yang diadakan Pemerintah Kota Malang.

Pada 2017, Tawangsari Kampoeng Sedjarah masuk sebagai nominasi 15 besar pemenang lomba kampung tematik. Hadiahnya berupa realisasi usulan terpilih sesuai penetapan anggaran yang telah ditentukan oleh dewan juri dan dianggarkan dalam DPA Kelurahan Sumbersari tahun anggaran 2017.

Realisasi baru berupa pembangunan gedung untuk museum dengan mekanisme melalui lelang elektronik di LPSE. Hal ini merupakan bentuk perhatian dari Pemkot Malang memberikan dukungan pada masyarakat Kelurahan Sumbersari.

Pada 2018, gedung selesai dibangun dan diserahkan kepada penggelola. Reenactor Ngalam selaku penggelola museum, berswadaya bersama menata display museum secara mandiri. Berikut dokumentasi foto isi dari museum Reenactor Ngalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun