Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Stop Bullying di Sekolah, Bangun Ramah Komunikasi

9 Januari 2019   16:43 Diperbarui: 9 Januari 2019   16:45 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dari Irish Examiner

Bullying adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Kasus ini ternyata bisa terjadi di dalam sekolah anak anak kita. Seorang anak didik yang tiba tiba ngambek tidak mau sekolah salah satu penyebab adalah karena bullying. Mengatasi Kasus Bullying ini adalah tugas bersama antara guru dan orang tua siswa. Bagaimana tipsnya agar kasus seperti ini tidak membunuh karakter peserta didik di sekolah, mari kita bahas dalam artikel ini.

Becanda Kelewatan dan saling menjatuhkan

Di dalam kelas pasti terjadi interaktif antar siswa. di dalamnya terjadi keakraban, persaingan  dan adu superioritas. Konflik bisa terjadi dan sangat mungkin bisa terjadi kasus bullying. Dalam suasana keakraban, kasus bullying bisa terjadi karena becanda kelewatan sehingga melanggar batas batas kesopanan. Misal mengolok olok dengan menyebut nama orang tua yang dalam pandangan anak anak sangat lucu dan tidak lazim. Kadang mengolok olok pekerjaan orang tuanya. inilah bentuk becanda kelewatan.

Dalam kelas juga terjadi adu superioritas dan persaingan. Jika dalam frame akademik, persaingan yang sehat dan sportif sangat dianjurkan. Hal ini bisa memotivasi siswa untuk meningkatkan kapasitas dirinya. Namun jika persaingan ini menuju pada niat buruk, misal menjatuhkan mental sesama siswa, hal ini perlu mendapatkan perhatian semua pihak. Dampak mogok sekolah, akan merugikan masa depan siswa sendiri,  Karena kelulusan adalah syarat baginya melanjutkan study ke jenjang lebih tinggi. Hal hal diluar konteks pendidikan, bisa terjadi dan diperlukan penelaahan lebih jauh agar yang disalahkan bukan korban bullying sendiri. Disatu sisi dia adalah korban, kenapa dia masih dibebani kesalahan yang bukan pada tempatnya.

Win win solution

Guru di sekolah harus punya parameter mengamati dinamika kelas. Kedekatan guru dan murid harus dibina sesuai tingkat perkembangan siswa. Guru otoriter malah tidak dihargai oleh murid. Di era generasi Z,  guru harus memiliki metode menjalin komunikasi dengan para muridnya. Seorang  guru harus mampu mengcover apa yang tengah terjadi ditengah siswanya. Guru jangan sewenang wenang menghakimi muridnya yang tiba tiba membolos. Lakukan penelitian untuk memperoleh informasi yang seimbang. 

Kasus bullying di sekolah harus didalami secara komprehensif, tidak bisa parsial. Bullying harus didalami antara guru, orang tua siswa dan siswa sendiri. Biasanya korban bullying akan bungkam seribu bahasa karena dia sebenarnya dalam ancaman. bentuk bentuk bullying bisa bermacam media, antara lain melalui gawai smartphone dan ancaman lisan. 

Bahkan ada yang menyebar hoax tentang sang siswa di media sosial. dengan bullying, sang korban akan jatuh mentalnya dan menjauh dari komunitas sekolah. Jika pihak sekolah dan orang tua tidak bijak, hasilnya hanya memperkeruh suasana. Yang diperlukan adalah win win solution. Duduk bersama berbicara dari hati kehati untuk menemukan solusi.

Solusi bukan menghakimi

Menangani kasus bullying dibutuhkan ekstra perhatian. Pertama Perhatikan prilaku siswa yang memiliki watak dan kepribadian yang berbeda beda dan unik. Satu solusi tidak bisa dipakai untuk kasus yang lain. Guru sangat tidak dianjurkan menghakimi korban bullying. Guru memang harus akrab dengan murid muridnya, tapi jangan ikut arus bergosib dengan siswanya. 

Guru harus berada di tengah dan adil. siswa penjilat dalam beberapa kasus adalah pelaku. agar tidak dicurigai sebagai dalang, dia mendekati guru dan memberikan informasi aneh aneh. Jika guru percaya, dia sukses memerankan diri sebagai bullying maker. 

Jadi guru harus meneliti dari banyak sisi. Jangan anggap bullying kasus sepele, karena korban bullying ini banyak merahasiakan dan menutup diri setelah kasus. Bullying telah membunuh karakternya. prestasinya dan masa depannya. Pihak sekolah yang cuek tidak mengurusi kasus ini, menandakan sekolah tersebut tidak peduli masa depan anak didiknya.

Orang tuapun tidak bisa asal menyalahkan pihak sekolah yang gagal menangani kasus ini. disinilah dibutuhkan komunikasi untuk mencari solusinya apa, bukan mencari siapa yang harus dihakimi. jika demikian, maka akan terjadi bullying lanjutan. Bullying harus dihentikan.

Bangun Ramah Komunikasi

Tujuan pendidikan adalah membentuk karakter peserta didik. output pendidikan bukan hanya melahirkan anak didik yang pintar saja, namun juga harus cerdas dan berwawasan. Orang tua mengantar anaknya ke sekolah agar dia memiliki karakter yang baik dan menunjang masa depan. Agar tujuan ini tercapai, dibutuhkan komitmen antara guru, siswa dan orang tua untuk bersinergi membangun ramah komunikasi. 

Sekarang sudah ada tehnologi berupa grub di media sosial atau WA yang memudahkan membentuk komunikasi masal. Dengan komitmen dan sinergi seperti ini akan terbentuk komunikasi yang ramah penuh keakraban tapi tetap saling menghargai. Kerjasama harus dibangun sejak dini sehingga kasus bullying bisa diberantas. anak didik harus dilindungi agar dia bisa tersenyum menghadapi tantangan masa depan.

Stop Bullying, bangun ramah Komunikasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun