Menulis adalah aktifitas intelektual menyampaikan ide dan gagasan dalam wujud tertulis dan bisa dibaca. Orang Yang tidak pernah menulis, walaupun pandai bicara setinggi langit dan selantang komandan upacara, 20 tahun lagi tidak ada orang yang tahu siapa kamu, apa ide dan gagasanmu. Sebagai kompasianer baru, banyak harapan berkarya dikompasiana. Berikut curhat kami, semoga bisa jadi bahan Introspeksi bagi kita semua.
Menulis dan terus Menulis
Suatu Kebanggaan tersendiri bisa menulis di kompasiana. Dalam format Citizen Jurnalism, Kami bersyukur diberi ruang berkarya di Kompasiana. Ini sangat luar biasa, Karena tidak banyak media yang menyediakan ruang spesial seperti ini. Iklim menulis dan apresiasi di Kompasiana juga sangat baik dan kondusif. Sehingga kami tetap punya motivasi untuk tetap menulis dan menulis lagi. Yang sangat menyenangkan, Kompasiana memberi ruang style menulis yang kamu banget.
Artinya Kamu bisa menjadi dirimu sendiri sesuai style kamu sendiri. Di tempat lain? Kamu harus menjadi orang lain, karena Kamu harus mengikuti style standar yang sudah ditentukan. Padahal menjadi diri sendiri itu berkarakter kuat dan punya ciri khas. Jika yang dikembangkan kemampuan foto kopy khas orang lain, tulisanmu tidak punya karakter.
Kita bisa tahu ini tulisan Nur Kholis Madjid. Ini tulisan Dahlan Iskan. Ini tulisan Tere Liye. Ini tulisan Nugroho Notosusanto. Semua punya gaya mereka sendiri. Sekali membaca diparagraf pertama sudah tahu ini tulisan siapa. Ini terjadi karena mereka menulis memakai style mereka sendiri. Jika kamu tidak memunculkan style kamu sendiri, tulisanmu akan dianggap sama dengan penulis yang memiliki syle yang sama.
Memperkenalkan Karya, Membangun citra
Seorang penulis pasti punya spesialisasi menulis di bidang tertentu. Meskipun kemauan belajar bisa dibangun, namun minat dan kemampuan seseorang bisa dilihat dan dievaluasi dibidang apakah dia lebih mumpuni. Saya tidak bisa membuat artikel tentang olah raga. Saya paksakan diri menulis tentang olah raga. Bisa. Tapi tidak maksimal. Pembacanya sedikit. Pendalaman materinya dangkal. Ulasannya hampa. Tapi tipsnya, tetaplah menulis bidang apapun, perkenalkan karya tersebut. Evaluasi yang ngelike artikelmu. evaluasi yang memberi komentar. Baca kembali artikelmu. Coba share ke media sosialmu. Artikel yang menarik akan diperhatikan dimedia sosial dan banyak yang ngelike.Â
Semua ini bisa jadi bahan bagimu, cocok dan mampunya menulis bidang apa. Fokus pada bidang tertentu dimana kamu memang ahli di dalamnya adalah bekal terbaik sebagai bahan menulismu. Sekali kali jangan menulis yang kamu tidak ahli di dalamnya. Menulis itu bukan seperti berkomentar atau menulis status di media sosial. Â Menulislah untuk membangun citra dirimu sendiri kamu spesialis apa. Tapi tetaplah konsisten menulis dibidang itu. Kamu akan semakin ahli dan kemampuanmu menganalisa akan semakin terasah.
Militan Tak dibayar
Kompasiana bisa memberi wadah eksplorasi diri dalam berkarya. Mereka adalah para militan tak dibayar. Bagi yang punya profesi lain dan bisa memperoleh penghasilan dari pekerjaannya tersebut, maka aktivitas menulis masuk dalam ranah hobby. di dalam hobby orang tidak memperdulikan apa dibayar atau tidak. Mereka para penulis yang sudah mampu secara finansial.
Pertanyaannya, bagaimana teman teman yang belum mapan secara finansial yang notabene belum punya fasilitas internet pribadi? Tiap menulis mereka keluar duit, minimal beli paketan data. Mereka tidak bisa menulis jika tidak punya paketan data. Sekalipun mulai ada apresiasi K-reward, namun secara esensi belum banyak menolong para penulis kelas bawah.Â
Harapan kami, ada semacam penghargaan berupa insentif bagi semua penulis. Â suatu misal Tayang tulisan diberi Insentif. Yang masuk kategori pilihan atau artikel utama nilai insentif lebih besar. Dan yang viewernya terus tumbuh ada nilai sendiri. ada range tertentu berapa viewernya. Jika ini terwujud, semakin banyak militan penulis yang aktif berkarya.Â
Kedepan nuansa kompetitif kreatif dalam berkarya akan semakin membuat kompasiana sebagai media terdepan. Banyak penulis berpikir menjadi sapi perah. sudah melakukan riset yang melelahkan. tidak hanya satu artikel. Tapi sudah puluhan bahkan ratusan. Namun masuk K-reward saja tidak. Ini salah satu usulan agar menulis bisa menjadi pekerjaan yang prestisius. Hal ini menurut hemat kami akan menjadikan citizen jurnalism di Kompasiana semakin bergengsi, tidak kalah dengan youtuber.
Menjadi Dikenal Karena Kompasiana
Banyak nilai positif setelah Kami menjadi kompasianer, walau nyatanya kami tetap sebagai militan tak dibayar. Menulis itu minimal sudah meluangkan waktu berharga. menyempatkan diri mengabadikan ide dan gagasan. Pendapat yang mengatakan Penulis kok moto duwitan, adalah pendapat yang tidak bisa menyelami seperti apa kehidupan para penulis itu.Â
Namun masih ada apresiasi yang bisa dinikmati para kompasianer ini. Secara pribadi bisa mengangkat citra mereka sebagai penulis handal. Bisa dikenal tidak hanya oleh kompasianer sendiri, tapi oleh masyarakat luas. Mereka akan dihargai oleh karya karyanya yang sangat inspiratif dan dibutuhkan masyarakat. Tulisan mereka akan membuat ide dan gagasan menjadi abadi. Ini sangat menyenangkan.Â
Apalagi ide dan gagasan itu bisa membuat hidup orang lain menjadi lebih baik. Anggaplah para kompasianer ini sedang berada di kawah candra dimuka akademi Penulis. Ibaratnya, kompasiana adalah sekolah. jika sekarang sudah memasuki usia 10 tahun, anggap itu sekolah kelas 10, setingkat kelas 1 SMA.Â
Para Kompasianer ini ibarat para murid itu. Mereka dapat tugas menulis. Karena ibaratnya sekolah, apa ada para siswanya yang dibayar pihak sekolah? Malah siswanya yang punya kewajiban membayar uang SPP. Ibaratnya lagi uang SPP itu membeli paket data dan pendukung agar tetap bisa menulis.
Namun apa akan terus sekolah seperti ini? Para siswa ini juga ada masa lulusnya lho. Kalau sudah lulus apa tidak dikaryakan sebagai profesional?
Ini sebuah tantangan ke depan bagi kita semua. Menulis adalah hobby yang sangat menyenangkan. Dan akan lebih menyenangkan jika dimasa mendatang para kompasianer ini juga memperoleh penghargaan yang layak secara finansial.Â
Kami bisa melihat, para kompasianer ini sudah bersusah payah membuat sebuah karya. Wis siapa bilang, nulis itu gampang. tinggal copas di google. jadilah tulisan. seperti itukah? silahkan dicoba menulis dengan copas dari google, sama admin di semprit dan pasti tidak bisa tayang.Â
Terima Kasih Kompasiana selama ini.
Mudah mudahan 10 tahun Kompasiana ini membuat semua semakin sukses dan terdepan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H