Harapan kami, ada semacam penghargaan berupa insentif bagi semua penulis. Â suatu misal Tayang tulisan diberi Insentif. Yang masuk kategori pilihan atau artikel utama nilai insentif lebih besar. Dan yang viewernya terus tumbuh ada nilai sendiri. ada range tertentu berapa viewernya. Jika ini terwujud, semakin banyak militan penulis yang aktif berkarya.Â
Kedepan nuansa kompetitif kreatif dalam berkarya akan semakin membuat kompasiana sebagai media terdepan. Banyak penulis berpikir menjadi sapi perah. sudah melakukan riset yang melelahkan. tidak hanya satu artikel. Tapi sudah puluhan bahkan ratusan. Namun masuk K-reward saja tidak. Ini salah satu usulan agar menulis bisa menjadi pekerjaan yang prestisius. Hal ini menurut hemat kami akan menjadikan citizen jurnalism di Kompasiana semakin bergengsi, tidak kalah dengan youtuber.
Menjadi Dikenal Karena Kompasiana
Banyak nilai positif setelah Kami menjadi kompasianer, walau nyatanya kami tetap sebagai militan tak dibayar. Menulis itu minimal sudah meluangkan waktu berharga. menyempatkan diri mengabadikan ide dan gagasan. Pendapat yang mengatakan Penulis kok moto duwitan, adalah pendapat yang tidak bisa menyelami seperti apa kehidupan para penulis itu.Â
Namun masih ada apresiasi yang bisa dinikmati para kompasianer ini. Secara pribadi bisa mengangkat citra mereka sebagai penulis handal. Bisa dikenal tidak hanya oleh kompasianer sendiri, tapi oleh masyarakat luas. Mereka akan dihargai oleh karya karyanya yang sangat inspiratif dan dibutuhkan masyarakat. Tulisan mereka akan membuat ide dan gagasan menjadi abadi. Ini sangat menyenangkan.Â
Apalagi ide dan gagasan itu bisa membuat hidup orang lain menjadi lebih baik. Anggaplah para kompasianer ini sedang berada di kawah candra dimuka akademi Penulis. Ibaratnya, kompasiana adalah sekolah. jika sekarang sudah memasuki usia 10 tahun, anggap itu sekolah kelas 10, setingkat kelas 1 SMA.Â
Para Kompasianer ini ibarat para murid itu. Mereka dapat tugas menulis. Karena ibaratnya sekolah, apa ada para siswanya yang dibayar pihak sekolah? Malah siswanya yang punya kewajiban membayar uang SPP. Ibaratnya lagi uang SPP itu membeli paket data dan pendukung agar tetap bisa menulis.
Namun apa akan terus sekolah seperti ini? Para siswa ini juga ada masa lulusnya lho. Kalau sudah lulus apa tidak dikaryakan sebagai profesional?
Ini sebuah tantangan ke depan bagi kita semua. Menulis adalah hobby yang sangat menyenangkan. Dan akan lebih menyenangkan jika dimasa mendatang para kompasianer ini juga memperoleh penghargaan yang layak secara finansial.Â
Kami bisa melihat, para kompasianer ini sudah bersusah payah membuat sebuah karya. Wis siapa bilang, nulis itu gampang. tinggal copas di google. jadilah tulisan. seperti itukah? silahkan dicoba menulis dengan copas dari google, sama admin di semprit dan pasti tidak bisa tayang.Â
Terima Kasih Kompasiana selama ini.