Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menelisik Fenomena"Wani Silit, Ra Wani Rai" dalam Media Sosial

18 Oktober 2018   14:59 Diperbarui: 18 Oktober 2018   15:20 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengguna media sosial dewasa ini semakin banyak seiring dengan kemajuan tehnologi dalam genggaman manusia : Smartphone. Sisi baiknya, memudahkan kehidupan manusia dalam mengakses informasi. Namun dibalik sisi lainnya, ada oknum yang salah kaprah menggunakan tehnologi untuk tujuan pribadi yang merugikan pihak lain. Berikut sisi gelap para oknum yang harus Kamu ketahui agar kamu bisa menjadi pengguna media sosial yang santun, tapi juga bisa menunjang hidupmu.

Perlu tidak  menggunakan media sosial itu?

Jawabnya Perlu. Dengan media sosial Kamu bisa mengaktualisasikan dirimu. Orang lain akan lebih mengenal dirimu siapa dan karena prestasi atau kelebihanmu yang kamu posting di media sosial akan banyak memberi barokah rejeki dan meningkatkan order bisnismu. 

Semakin banyak temanmu, semakin aktual dirimu dan karyamu banyak dinaikan orang lain. Sampai dititk ini media sosial sangat dibutuhkan. Orang yang tidak punya media sosial akan semakin sulit dicari oleh teman teman lamanya. Bagaimanapun juga, media sosial adalah perkembangan yang baik dalam rangka mendukung kehidupan manusia.

Tergantung Orangnya, Motivasinya Apa

Penggunaan media sosial pada hakekatnya tergantung sang user sendiri. Dia pasti punya tujuan dan motivasi dibalik dia punya suatu akun media sosial. Ibarat sebuah lapak, media sosial bisa dijadikan apapun oleh sang empunya akun selaku user. Karena ini dunia maya, maka apa yang kamu tampilkan bisa sesuka hatimu. Mau jadi lapak dagangan, boleh. Mau jadi arena Kangen kangenan ama teman lama, boleh. Mau dijadikan arena kampanye politik, juga boleh. Bahkan untuk arena cari gebetan juga dipersilahkan. 

Selaku user dia bertanggung jawab penuh atas apa yang dilakukannya dimedia sosial. Status yang penuh emosi, kemarahan dan ujaran kebencian pada pihak lain bisa mengantarmu ke hotel prodeo jika kamu dilaporkan kepihak yang berwajib. ini salah satu perbuatan tidak menyenangkan yang bisa mengganggu orang lain. Disinilah kamu harus bijak bermedia sosial, semua tergantung orangnya, Motivasinya apa.

Pecitraan diri menuju apa

Dimedia sosial kamu bisa mengekspresikan diri sesuai selera. contoh seorang cowok ngaku hidupnya happy happy mulu. Setiap saat selalu online dan siap memberi advice layaknya konsultan psikolog handal. Kata katanya lamis bin sok bijak. Dia cerita lagi rapat. Sok sibuklah. tidak kenal awak kesel bin lesu. selalu on terus. Malam masih futsal bahkan setiap hari. 

Tidak kenal kata ngantuk karena sepanjang malam bisa diajak chatting,  bahkan sampai pagi sekalipun. ini model pecitraan diri. Asli seperti itu? Hanya dirinya yang tahu. dan dia pasti sok suci, sok baik, dan sok sok lainnya. Kamu percaya? kalau dirasakan dengan hati nurani yang jernih, dia ini sosok pecitraan palsu. Orang yang sibuk kerja pasti ada sisi istirahat dalam hidupnya. 

Ngaku futsal terus sepanjang malam terus chating ama kamu menandakan dia maniak yang punya tujuan khusus untukmu.Dia terlihat penipu karena mana mungkin orang sibuk kok bisa chat terus ama kamu. Yang jelas dia penggangguran akut yang kerjanya main hape melulu. Hati hati Kamu sedang dicuci otakmu. Jika Kamu percaya 100 persen padanya, kamu pasti belum punya pengalaman dikibulin oleh sosok penipu. 

Yang lebih parah, orang orang tipe ini ada disekitarmu, bahkan bisa jadi dia teman lamamu. Yang berbahaya, mereka sedang mencari mangsa. Mereka menganggu Kamu, tapi kamu karena sudah dicuci otak olehnya akan melawan kalau diingatkan. sing penting, Kamu akan mbelani dia. inilah pecitraan diri yang akan menghipnotis orang lain menuju maksud tertentunya. Misal, dia punya motivasi merusak rumah tangga orang, Merebut pacar orang lain, dan tujuan jahat lainnya.

Tobat dari kepalsuan diri

Setiap pribadi diberi kesempatan sebebas bebasnya untuk mencitrakan diri seperti apa dalam hidupnya di media sosial. Mentang mentang ini dunia maya, maka hukum di dunia nyata tidak berlaku. Menipu ya tetap menipu. Bohong ya tetap bohong. 

Agama dan kepercayaan manapun apa menganjurkan kebohongan dan menipu pihak lain sebagai perbuatan baik? Tobatlah saudaraku, apa sih yang Kamu cari dengan berpura pura sebagai orang baik tapi kamu menipu, merusak rumah tangga orang lain, mengganggu usaha pihak lain? Bangga ya jika sebuah rumah tangga hancur oleh perbuatanmu? inilah sosok fenomenal pepatah jawa, "Wani silit, Ra wani Rai" artinya sang pengecut, beraninya main belakang, dia selalu lempar batu sembunyi tangan. Pura pura menolong tapi memanfaatkan. 

Dia akan cuci tangan dari setiap akibat yang terjadi. Adu domba pihak lain, yang lain tawuran, sosok ini tepuk tangan. Jika dituntut, akan kabur melarikan diri pihak lain yang hancur akibat perbuatannya. Sungguh terlalu prilaku seperti ini.  Tobatlah Brow..

Semoga Menginspirasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun