Hal yang tak disadari seorang penulis adalah merasa "Terbebani". Standar diri yang perfeksionis dalam menulis adalah halangan utama yang menghambat kreativitas. Kalau tidak sempurna, tidak menulis. Sampai Kapan?
Bandrol, Standar ideal yang diidamkan
Bandrol adalah label yang memberikan penghargaan pada sesuatu. Bandrol adalah istilah bahasa jawa yang mengambarkan penghargaan atas potensi yang dimiliki. Semakin hebat potensi yang dikandungnya, nilai bandrol semakin tinggi. Tidak perlu bikin pencitraan diri, karena potensi yang dimiliki sudah mumpuni dan diakui. Dalam menulis, sadar atau tidak setiap diri dibebani nilai bandrol ideal. Kendala ini yang pada akhirnya menghentikan kreativitas menulis. Benar apa tidak?
Malu Kalau tidak sempurna atau malu Kalau tidak Menulis?
Aktivitas menulis adalah pembiasaan. Semakin lama tidak menulis, semakin tumpul ketrampilanmu menulis. Kendala yang tidak disadari adalah merasa malu jika tulisan yang dia buat tidak sempurna. Menunggu sempurna adalah bandrol diri yang dipasang dan secara pelahan akan membunuh kreativitas.Â
Malu kalau tidak sempurna adalah penyakit akut para penulis yang pada akhirnya menunda nunda karyanya. Sebenarnya malu mana, tidak sempurna tapi masih menulis atau benar benar malu kalau tidak menulis sama sekali? Jawabannya ada pada diri masing masing. Banyak alasan adalah jawaban diplomatis untuk menipu diri.
Master piece Jangan dibunuh dengan Menghakimi diri
Dalam sebuah tulisan yang kamu buat, ada standar yang kamu buat sendiri. Kalau tidak memenuhi standar itu, maka kamu tidak menulis dan menunggu sempurna. Pada kenyataannya, syarat sempurna itu tidak pernah ada kalau penilaian itu kamu tentukan sendiri. Itulah menghakimi diri, yaitu memutuskan sendiri karyamu pasti tidak dibaca orang. Tidak Sempurna.Â
Tahukah anda, siapa tahu idemu itu sebenarnya adalah master piece dari karya karyamu? Kamu tidak bakalan tahu tulisanmu itu fenomenal menurut orang lain, tapi sampah menurut dirimu sendiri. Proses membunuh ide adalah memutuskan sendiri menunda penayangan tulisanmu dengan alasan menunggu istimewa tulisanmu.
Ojo dioyong oyong, dideleh wae
Cara keluar dari dilema terbebani standar ideal adalah dengan falsafah jawa "Ojo dioyong oyong. di deleh wae". Artinya jangan membawa beban standarisasi sempurna pada setiap karyamu. Di deleh wae artinya ditaruh dulu semua beban yang kamu ciptakan sendiri itu. Menulis harus tanpa beban. Jangan diputuskan sendiri menurut keakuanmu. Mengalir saja seperti air mengalir biar orang lain yang memasang bandrol master piece pada karyamu. Serahkan apresiasi pada orang lain.