Di tengah era ini kita dihadapi dengagan kehidupan yang serba cepat, dengan demikian akhirnya banyak sekali orang-orang yang berkeinginan ini dan itu. Seperti cepat sukses, cepat mengetahui informasi, cepat popular, cepat mendapatkan apa yang diinginkan dan lain sebagainya.Â
Sehingga mengakibatkan banyak di lingkungan sekitar kita yang stress atau hilangnya ketenangan karna tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan, bisa jadi juga karena memikirkan angan-angan untuk menjalankan kehidupan masa depannya kayak gimana-gimana namun tak menemukan solusinya sehingga dapat menimbulkan bersarangnya emosi negatif, yakni segala macam nafsu atau hasrat yang berlebihan akan sesuatu.
Definisi hidup tenang dan bahagia adalah ketika kita mampu menyalurkan energi dan fokus hidup kita hanya pada sesuatu yang bisa kita kendalikan, yakni pikiran kita. Kita tidak mungkin bisa mengatur bagaimana seharusnya orang lain melihat diri kita. Kita tidak mungkin bisa mengendalikan semua orang harus berbuat baik pada kita, menghormati kita atau menyanjung kita.Â
Namun keputusan untuk meresponnya sepenuhnya ada pada kendali kita. Mau mengabaikannya atau merasa terbebani dengan penilaian orang lain, kitalah yang menentukannya. Begitupun juga kita tidak mungkin bisa memastikan kapan kita sehat terus, sejahtera terus, hidup aman dan nyaman terus, bahkan hidup terus menerus. Karena semuanya di luar kendali kita.Â
Namun pilihan untuk mengikuti pola hidup sehat, hidup hemat, dan hidup taat aturan, sepenuhnya ada pada kendali kita.
Dalam filsafat stoicisme mempunyai beberapa langkah untuk mendapatkan hidup tenang diantaranya ialah sebagai berikut:
Pertama
Berlatih hidup selaras dengan hukum alam: Keserakahan, kemunafikan, kesombongan, ketidakpeduliaan, kebohongan dan segala macam sifat tercela yang tidak sejalan Hukum Alam, maka tinggalkanlah.
Kedua
Menurut Seneca, "Sifat buruk seumpama flu, mudah menular, menyebar dengan cepat pada siapapun yang berkontak dengannya." Stoikisme menganjurkan supaya kita selektif dalam memilih teman dekat atau sahabat. Memilih mereka yang juga komitmen terhadap kebajikan, dan hidup selaras dengan alam.
Yang penting juga diperhatikan adalah soal orientasi relasi sosial kita pada orang lain. Pandangan Stoikisme dalam hal ini adalah,. "Tidak penting bagaimana orang lain melihatku, menilaiku, dan memperlakukan diriku, karena itu bersifat di luar kendaliku.
Yang terpenting adalah bagaimana aku memperlakukan orang lain, berbuat baik pada orang lain, sebab itu di bawah kendaliku." Oleh karena itu, kita mesti membangun relasi sosial yang tepat agar tidak mengganggu ketenangan batin kita di satu sisi, dan di sisi lain kita berupaya menebar kebaikan agar orang lain juga dapat mencapai hidup bahagia.
Kurang lebihnya begitulah menurut filosofi stoic Seumpama gas dan rem, hidup ini jangan digas terus. Perlu sesekali direm agar supaya tidak tabrakan. Bahkan perlu sesekali berhenti agar sadar tujuan hidup mau kemana. Jadi masalah utama bukanlah mengubah dunia, melainkan mengubah cara pandang kita terhadap dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H