Apakah aku menyesal dilahirkan didunia hingga saat ini....jujur, jika boleh berkata yang sebenarnya adalah "YA". Kenapa aku harus dilahirkan, kenapa aku harus merepotkan orang-orang disekitar yang merawatku hingga setua ini, dan kenapa aku harus menjadi saksi ketidakberdayaan atas diriku sendiri.Â
Lalu...bagaimana arti dari perasaan seperti ini di hati, tidak bersyukur kah..? entahlah. Syukur memang mudah di ucapkan, tapi sulit untuk dijalani. Mudah di artikulasikan, namun sulit untuk dicari bukti. Oh tuhan.....episode apa yang sedang ku jalani saat ini. Apakah ini episode yang paling epick? atau masih ada kejutan-kejutan pahit lainnya yang lebih extraordinary?, ku mohon tuhan....jangan terlampau sering memberikan kejutan.
Ketika aku kontrak sebuah bangunan atau gedung, dan kemudian aku merasa tidak betah atau tidak cocok lagi dengan lingkungannya, aku bisa mengembalikan kontrakan ku kepada si empunya bangunan atau gedung, dan kemudian pergi mencari kebahagiaan yang hakiki.Â
Lalu bagaimana dengan kontrak hidup ku di dunia ini tuhan.....apakah boleh aku kembalikan kepadamu walaupun kontrak hidupku belum habis. Ustadz di acar kenduri pernah berkata, bahwa tidaklah tuhan akan menguji hambanya, diluar dari kapasitas dan kemampuannya.Â
Ujian yang diberikan tuhan merupakan sebuah tempaan untuk kita naik kelas yang lebih tinggi. Semakin tinggi pohon kelapa, maka akan semakin gontai pucuk pohon tersebut tertiup angin. Namun dengan akar yang kuat, maka pohon kelapa tersebut akan tetap mampu berdiri kokoh.
Ustadz tersebut juga berkata, itu tadi tentang pohonnya. Nah...sekarang coba gunakan anganmu, belajarlah dari buah kelapa. Andai kamu dengar yang dia katakan, mungkin hatimu akan teriris.Â
Betapa tidak, ketika dia masih bergelantungan diatas pohon, bagi yang haus, kelapa yang masih muda pun akan dipaksa berkorban untuk memuaskan dahaga. Dia di babat, dia terjatuh dari ketinggian, kemudian di iris-iris kulitnya dan diminum darah kehidupannya serta dimakan daging nya pula.
Lalu kemudian, yang sudah lebih tua juga mengalami nahas yang sama. Dia di babat, dijatuhkan, di tusuk, di bacok di buang kulitnya, di congkel daging nya, di parut, di remas-remas sampai habis sari patinya. Bayangkan nak....apakah itu tidak menyakitkan.Â
Tapi, apakah dia menunjukkan sikap memberontak, dan kemudian enggan berbuah... tidak kan..? lalu kemudian dia berubah menjadi kelapa yang beracun untuk melindungi dirinya agar tidak diburu manusia? tidak juga kan..?justru yang ada pohon kelapa menunjukkan semangatnya untuk terus berproduksi, dan terus tumbuh sampai pada saatnya dia mati kekeringan.
Sudah renta dan hampir mati kekeringan pun, tidak ada yang tidak memberikan manfaat si kelapa ini nak....batang pohonnya menjadi semakin mahal, ketika dia sudah sangat tua, menjadi semakin bernilai dan bermanfaat ketika sudah tidak lagi mampu bertahan hidup.Â
Daun-daunnya yang sudah layak di bakar menjadi sampah, ternyata menyisakan lidi yang juga berperan mewujudkan kata bijak agama kita yakni "kebersihan sebagian dari pada iman", kapan itu, ya ketika dirinya diiris, dipisahkan dari daun, kemudian disisakan batang lidi yang kemudian diikat menjadi satu berbentuk sapu.Â