Mohon tunggu...
Eko Wahyudi Antoro
Eko Wahyudi Antoro Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan statistik dan pendidikan

Konsultan, penulis dan pegiat lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Seonggok Hina

3 November 2022   04:43 Diperbarui: 3 November 2022   05:00 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Indah warna, gaung asmara

Merona merah, membelai cinta

Jadikan sukma, terbuai fana

Bergelayut cinta, tercipta nyawa

     Terbit fajar, mengiring tangis

     seonggok makhluk, yang tampak manis

     Bawa bahagia, yang penuh magis

     Berikan harap, cita seluas atlantis

Berjalan waktu, makhluk bertumbuh

Penuh liku, yang tak pernah tau

Bertahan hidup, ditengah acuh

Menyungging senyum, meskipun kaku

     Makhluk menepi, jalani sepi

     Takdir menuntun, menyiksa hati

     Panas membara, tak nampak tepi

     Mencipta diri, bersiap mati

Terhina dina, oleh junjungan

Tak di izinkan, untuk melawan

Dipaksa tunduk, dalam pahitnya sekam

Dihukum dikebiri, saat temaram

     Apalah arti, makhluk yang hina

     Akan terhapus, hilang wacana

     Tak pernah terkenang, taburan emas

     Tinggalah seonggok hina yang semakin lemas

Waktu datang semakin cepat

Tak beri tanda, tak beri suara

Si hina roboh, termakan ngengat

Lapuk terurai, terlambang bendera

====gamboel====

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun