Selain kejelasan dalam tujuan penyampaian informasi, kita juga perlu mengikuti prinsip concreteness atau penggunaan bahasa yang konkret. Hal ini berarti bahwa kita perlu menyampaikan informasi yang pasti, jelas dan presisi. Jangan sampai informasinya mengawang. Kita perlu memberikan fakta dan gambaran yang jelas. Misalnya, dengan menggunakan metode analogi apabila informasinya sulit untuk dijelaskan.
Kemudian ada prinsip courtesy atau budi bahasa yang artinya informasi yang kita sampaikan harus bersahabat, terbuka dan jujur. Kita perlu mempertimbangkan perasaan dari lawan bicara kita. Hal tersebut dapat membantu untuk memperkuat hubungan kita dengan lawan bicara.
Terakhir adalah prinsip correctness yaitu mengacu pada keteraturan dalam berbahasa. Hal ini berarti bahwa pesan yang kita sampaikan harus tepat secara kata, bahasa, tanda baca dan ejaan. Kita juga perlu menyesuaikan gaya komunikasi dengan latar belakang lawan bicara.
Komponen Non-Verbal Lebih Penting dalam Komunikasi yang Efektif
Selain aspek verbal ada juga aspek non-verbal di dalam berkomunikasi. Kkomunikasi tidak hanya berkaitan dengan bahasa verbal. Hal ini karena seluruh indera kita sebenarnya juga ikut berbicara menyampaikan informasi. Inilah yang disebut dengan komunikasi non-verbal.
Albert Mehrabian, seorang profesor psikologi dari Universitas California, Amerika Serikat mengatakan bahwa komunikasi terdiri dari tiga elemen. Elemen tersebut diantaranya kata-kata, suara dan bahasa tubuh. Ternyata ketiga elemen ini memiliki kontribusi yang berbeda-beda terhadap komunikasi secara keseluruhan. Elemen verbal atau kata-kata berkontribusi sebesar 7%, elemen suara berkontribusi sebesar 38% dan elemen bahasa tubuh berkontribusi sebesar 55%.
Bayangkan, aspek verbal hanya berkontribusi sebesar 7% sedangkan 93% lainnya dipengaruhi oleh aspek non-verbal seperti nada suara dan bahasa tubuh. Misalnya, mari persepsikan jika kita berkata dengan nada suara tinggi seperti ini: "Ibu tidak marah! Yang penting jangan diulangi lagi ya!" Bagaimana perbedaannya dengan jika kita berkata dengan nada suara rendah dan lamban seperti ini: "Ibu tidak marah! Yang penting jangan diulangi lagi ya!" Konten kata-katanya memeng sama tetapi apakah pesan yang sampai sama? Tentunya tidak sama. Contoh pertama tadi kata-katanya "akan tidak marah" akan tetapi suara dan bahasa tubuh yang ditunjukkan seakan-akan memberikan kesan emosi marah.
Komunikasi non-verbal sangatlah penting untuk kita perhatikan. Aspek non verbal kita sangat mempengaruhi arti pesan yang kita sampaikan. Lantas apa saja ya yang perlu kita perhatikan dalam komunikasi non-verbal?
Komunikasi non-verbal dari elemen suara, kita perlu memperhatikan intonasi yaitu berkaitan dengan penggunaan jeda dan penekanan; artikulasi atau kejelasan kata-kata; kecepatan berbicara dan volume suara.
Sementara itu dari elemen bahasa tubuh, kita perlu memperhatikan beberapa hal hal. Pertama adalah kontak mata kita. Sapa semua peserta pelatihan atau siswa kita dengan kontak mata. Apabila berbicara dengan seorang peserta pelatihan atau siswa upayakan kontak mata kita satu level dengannya. Jangan sampai mata kita lebih tinggi daripada peserta pelatihan atau siswa sehingga peserta pelatihan atau siswa tersebut akan merasa terintimidasi. Selain itu jangan lupa tersenyum karena jika kita tersenyum peserta pelatihan atau siswa kita juga akan tersenyum sehingga suasana belajar di kelas menjadi lebih positif dan mendukung. Kita juga dapat menambahkan bahasa tubuh seperti gerakan-gerakan tangan atau sesekali berjalan untuk memperjelas pesan dan menurunkan ketegangan.
Jika Bapak/Ibu pengajar terus memperhatikan dan berlatih menggunakan bahasa, suara dan gerak tubuh yang baik, maka Bapak/Ibu pengajar pasti dapat membentuk suasana kelas yang jauh lebih menyenangkan dan bermakna.