Sebetulnya ide daging in vitro telah dipatenkan sejak tahun 1940-an oleh Willem van Eelen, peneliti Belanda.
Daging in vitro adalah daging sintetik hasil kultur jaringan yang dibuat dengan cara mengekstrak sel induk otot atau myosatellite hewan hidup, menumbuhkannya di laboratorium untuk menghasilkan jaringan otot.
Setelah terbentuk, jaringan diberikan makan, digandakan, lalu disusun menggunakan bioreaktor sehingga menjadi daging sintetis.
Selain daging sintetis, susu sintetis juga bisa dihasilkan tanpa budidaya ternak perah di peternakan. Mikroflora seperti ragi yang direkayasa secara biologis digunakan untuk memfermentasi gula tanaman untuk menghasilkan protein susu sebagai bahan untuk membuat susu sintesis. Daging dan susu sintetis atau in vitro ini belum tersedia secara luas untuk konsumen dan jika telah diproduksi secara komersial, pasti dapat mengurangi ekspansi lahan, pemakaian air dan ketergantungan bahan kimia.
Selain itu, juga dapat meminimalkan emisi gas rumah kaca dan memutus ketergantungan pada budidaya hewan ternak dan menyembelihnya dalam skala besar. Produksi daging dan susu sintetis menggunakan teknologi kultur jaringan diprediksi dapat menjadi ranah monopoli kepemilikan dan kekuasaan dalam sistem pangan global dan bisa mematikan usaha peternakan.
Bahan sumber untuk produksi daging hasil kultur jaringan dapat diambil dari biopsi hewan hidup atau embrio hewan, yang dapat diinokulasi dalam media yang sesuai untuk perkembangbiakan (proliferasi), dan ditumbuhkan secara terpisah dari hewan.
Untuk daging hasil kultur jaringan berkualitas tinggi, komposisi dan sumber bahan yang digunakan untuk memproduksi daging ini dianggap penting. Sintesis protein dalam sel otot hasil kultur jaringan dapat ditingkatkan dengan kombinasi bahan yang berbeda dalam berbagai kondisi untuk meningkatkan kualitas nutrisi daging hasil kultur jaringan.
Produksi daging hasil kultur jaringan dapat menjadi metode yang nyaman untuk mengembangkan produk olahan daging giling atau produk restrukturusasi seperti bakso, sosis, burger, nugget, dll.
Namun, produksi daging secara in vitro pada tingkat komersial masih membutuhkan penelitian yang mendalam yang signifikan. Dalam waktu dekat, daging hasil kultur jaringan akan menjadi bagian penting dari makanan manusia; meskipun demikian, dalam jangka pendek, biaya yang sangat tinggi untuk produksi daging yang dibiosintesis adalah sebuah rintangan utama untuk komersialisasi yang layak.
Daging hasil kultur jaringan di laboratorium harus memiliki karakteristik fisik (seperti penampilan, tekstur, dan cita rasa) yang mirip dengan daging hasil dari berternak, dan harus terjangkau oleh konsumen.