Jalan raya  (jalan arteri) dulu yang sering saya survey sebagian besar banyak tidak ingat.  Lokasi atau tempat Stasiun Kereta Api Prujakan, Terminal Penumpang Utama dan Sub Terminal Penumpang adalah tempat/lokasi yang saya survey dulu pada lupa, lewat jalan apa? Semuanya susah diingat walaupun saya ditunjukkan temanku keliling bawa mobil. Lalu lintas kendaraan bermotor mungkin naik sepuluh kali lipat dibanding 39 tahun yang dulu. Sekarang banyak gedung-gedung perkantoran dan lainya berdiri megah hampir sepanjang jalan raya, menambah tidak ingat lagi karena dulu bangunan kantor kecil-kecil dan halamannya cukup luas.
Saya berusaha mencoba mengingat lagi ruas-ruas jalan arteri yang berfungsi sebagai penghubung jalan antar kota dan jalan masuk/keluar kota Cirebon yang merupakan arus lalu lintas utama yang wajib disurvey. Jalan tersebut pernah disurvey mencatat arus lalu lintas (traffic flow) selama seminggu duduk pada 3 titik/pos pencatatan. Yaitu pos 1 pencatatan arus lalu lintas dari/ke timur (Tegal/Semarang), pos 2 dari/ke barat (Jakarta/Bandung), dan pos 3 dari/ke ttara (Kabupaten Indramayu), dan itu sudah tidak lagi titik/pos survey, mungkin ditempat itu sudah berdiri bangunan baru.
Selain itu survey asal and tujuan untuk memetakan bangkitan dan tarikan lalu lintas dalam kota Cirebon atau CBD (Central Bussiness Distric) yaitu kawasan Mall Cirebon, Kawasan Pusat Perkantoran, Kawasan Industri, dan sebagainya.Â
Mall Cirebon salah satu tempat hiburan, refresing keliling-keliling menikmati yang ada dalam mall. Kadangkala berbelanja walaupun dana terbatas, dan sekali-kali masuk gedung bioskop nonton film. Yang kuingat nonton film Rambo: Â First Blood Part II yang dibintangi Sylvester Stallone, saat itu lagi booming di tahun 1985.
Asal Mula "Nasi Jamblang"
Nasi Jamblang adalah makanan khas Cirebon. Nasi Jamblang yang khas ini dimana nasinya dibungkus dengan daun jati. Bila nasinya yang dibungkus  dari daun jati aromanya harum menambah selera makanku. Diceritakan oleh  penjualnya  nasi dibungkus dengan daun pisang kurang tahan lama, sedangkan nasi jika dibungkus dengan daun jati bisa tahan lama dan tetap terasa pulen. Hal ini karena daun jati memiliki pori-pori yang membantu nasi tetap terjaga kualitasnya meskipun disimpan dalam waktu yang lama.
Konon, sejarah "Nasi Jamblang" yang pada awalnya diperuntukan bagi para pekerja paksa pada zaman Belanda yang sedang membangun jalan raya Daendels dari Anyer ke Panarukan yang melewati wilayah Kabupaten Cirebon. Walaupun menunya sangat beraneka ragam, tetapi harga makanan ini relatif sangat murah. Karena pada awalnya makanan tersebut diperuntukan bagi untuk para pekerja buruh kasar di Pelabuhan dan kuli angkut di jalan Pekalipan.Â
Nama Jamblang berasal dari desa di sebelah barat Kabupaten Cirebon. Desa asal pedagang yang mempopulerkan makanan ini. Nasi jamblang muncul kurang lebih pada tahun 1847. Saat itu, Belanda tengah membangun tiga pabrik, yaitu dua pabrik tebu di Plumbon dan Gempol, serta satu pabrik spiritus di Palimanan
Menu yang tersedia biasanya antara lain sambal goreng, tahu sayur, paru-paru, semur hati atau daging, perkedel, sate kentang, telur dadar/telur goreng, telur masak sambal goreng, semur ikan, ikan asin, tahu dan tempe. Namun salah satu menu yang menjadi ikon dari nasi jamblang adalah 'balakutak hideung', yaitu cumi-cumi atau sotong berkuah kental yang dimasak bersama dengan tintanya sehingga berwarna hitam seperti rawon.
Semoga tahun depan bisa ke Cirebon lagi, dan tentunya menikmati "Nasi Jamblang", dan "Empal Gentong", serta obyek wisata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H