Mohon tunggu...
Eko Setyo Budi
Eko Setyo Budi Mohon Tunggu... Lainnya - Pensiunan PNS

Suka traveling, kuliner, baca buku/menulis dan jogging..

Selanjutnya

Tutup

Financial

Tarif Commuter Line Naik, Adakah Skema Terbaik Agar Pengguna Tidak Terbebani?

24 September 2024   21:57 Diperbarui: 24 September 2024   21:58 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penumpang bersiap naik Commuter Line  (Sumber: koran.tempo.co)

Pemerintah berencana menaikkan tarif kereta rel listrik pada tahun ini. Tarif KRL Jabodetabek akan naik menjadi Rp 5.000,- per 25 kilometer dari Rp 3.000,- untuk jarak yang sama. Sedangkan untuk tarif lanjutan per 10 kilometer berikutnya tetap bertahan pada harga Rp 1.000,-.

Adita Irawati, Juru bicara Kementerian Perhubungan, mengatakan kenaikan tarif KRL Jabodetabek diperlukan agar pelayanan tetap berjalan baik dengan tarif terjangkau. Menurutnya, biaya operasional KRL terus naik akibat inflasi sehingga pemerintah perlu melakukan penyesuaian agar subsidi Public Service Obligation (PSO) tepat sasaran. Tarif KRL Jabodetabek terakhir mengalami kenaikan pada 2016.

Seperti diketahui, pada tahun 2024, daya beli masyarakat Indonesia menunjukkan tanda-tanda melemah akibat beberapa faktor ekonomi mempengaruhi kondisi keuangan rumah tangga. Hal ini karena pengurangan subsidi bidang energi dan tekanan inflasi akibat kenaikan harga-harga barang dan jasa yang meningkatkan beban biaya hidup, terutama kebutuhan pokok seperti makanan, energi, dan transportasi.

Penumpang kereta api di kawasan aglomerasi Jabodetabek selama ini menjadi penyumbang terbanyak jumlah penumpang kereta api di Indonesia. Pada 2019, jumlah penumpang kereta api di Jabodetabek mencapai sekitar 336 juta orang, atau hampir empat kali lipat gabungan jumlah penumpang di wilayah Jawa lainnya dengan wilayah Sumatra. Dengan kata lain, ada 900 ribuan penumpang yang menggunakan moda transportasi kereta api di Jabodetabek setiap harinya pada tahun tersebut.

Ongkos murah KRL akan sangat membantu pekerja. Berdasarkan penelitian World Bank, belanja transportasi yang tepat bagi masyarakat adalah maksimal 10% dari upah bulanan. Kajian World Bank itu berdasarkan riset dari negara-negara di Amerika Latin dan negara kepulauan Karibia 2007. Survey Badan Litbang Perhubungan tahun 2023, ketika ditetapkan tarif KRL Jabodetabek satu harga dan murah, total ongkos tranportasi yang dikeluarkan pengguna KRL Jabodetabek masih 32% dari pendapatan bulanan.  

Pengadaan rangkaian baru  

Awal 2025, PT KAI Commuter Indonesia  akan mendatangan sejumlah rangkaian baru. Dengan begitu pengguna KRL Jabodetabek bisa merasakan kereta baru pertengahan tahun depan. Triwulan I 2025 didatangkan kereta-kereta baru, dengan teknologi baru. Dengan demikian, pengguna KRL Jabodetabek bisa merasakan kereta baru pertengahan tahun depan.

Leza Arlan, Manajer Humas PT KAI Commuter, mengatakan  perusahaan terus berusaha agar pesanan kereta baru datang tepat waktu. Terlebih mengingat KCI memesan cukup banyak rangkaian kereta untuk 2025 nanti. Untuk pemesanan rangkaian kereta baru kepada CRRC, KCI membeli tiga rangkaian baru dengan tipe KCI-SFC120-V. Sedangkan untuk pesanan untuk INKA, KCI membeli 16 rangkaian KRL baru dan melakukan retrofit terhadap 19 rangkaian lama.

Bagaimana skema yang ideal?

Tarif yang berlaku sekarang ini memang tidak ideal lagi, yakni Rp 3.000,- untuk  25 kilometer pertama, dan ditambah tarif lanjutan Rp. 1.000,- untuk setiap 10 kilometer.  Sejak 2016 besaran tarif belum naik sampai sekarang. Penyesuaian tarif  sebetulnya tidak masalah asalkan pelayanan juga membaik. Tetapi, kenaikan itu tidak dilakukan dalam waktu dekat apalagi tahun 2025.

Jika pemerintah tetap merasa perlu memberikan subsidi, maka bentuknya bisa berupa pemberian kartu khusus transportasi untuk kelompok tertentu (pelajar, disabilitas, pensiunan). Misalnya dikasih kartu dengan isi saldo Rp 300.000,- per bulan. Tetapi, dia ketika masuk stasiun tetap bayar dengan tarif yang sama. Dengan demikian, keadilan terasa, dan tidak terbebani ketika tarif naik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun