Saya tidak tahu siapa yang pertama menemukan. Ada sisa daging di halaman belakang rumah. Setelah diamati oleh ayahku yang kebetulan penyuluh pertanian. Ayah bilang itu sepertinya diracun pakai umpan daging.
Akhirnya, Bomogo tidak terselamatkan. Dia mati! Itulah pertama kali aku rasa sedih yang mendalam kehilangan peliharaan. Sudah susah payah mengurusnya supaya bertahan hidup setelah ditinggal mati induknya. Eh, matinya diracun orang.
Ayahku malam itu sampai mengajak kami untuk mendoakan Bogomo dan orang yang meracunnya. Isi doa ayahku memohon kepada Tuhan supaya kami diberikan kekuatan dan orang yang meracunnya ditumbuhkan belas kasih.
Seumur hidup baru kali itu aku lihat ayah mendoakan hewan yang mati. Dulu, Si Beruang, anjing peliharaannya hilang gak didoakan. Katanya, paling sudah dimakan orang.
Sekarang mungkin rasanya kelihatan itu lucu. Masak anjing mati didoakan? Tapi, cara itu bisa menyembuhkan luka karena kehilangan hewan peliharaan. Pun jalan memberi maaf pada orang lain tanpa harus dia meminta maaf!
Paling tidak itu efektif bagiku. Aku tidak menyimpan marah dan dendam untuk yang meracuninya. Aku relakan aja kehilangan hewan peliharaan.
Aku yakin ayahku tahu bahwa Bomogo telah menjadi bagian dari keluarga. Dia memang hewan peliharaan tapi dia telah tumbuh menjadi 'teman'. Cara paling tepat untuk melepasnya ada dengan ikhlas seraya menyampaikannya pada pencipta-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H