Mohon tunggu...
Eko N Thomas Marbun
Eko N Thomas Marbun Mohon Tunggu... Penulis - I Kerani di Medan Merdeka Utara I

Tertarik pada sepak bola, politik dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Susahnya Manusia Disuruh Bertahan Hidup

12 Januari 2021   09:26 Diperbarui: 12 Januari 2021   19:07 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: ayosemarang.com

Berkaca pada kenyataan itu menarik untuk membahas perilaku manusia di masa pandemi Covid-19. Bagaimana manusia meresponnya secara individu? Bagaimana teknologi melindungi manusia?

Cara manusia merespon Gerakan 3M (Mencuci Tangan, Memakai Masker, Menjaga Jarak) secara tidak langsung membuktikan bahwa kemampuan mandiri manusia sudah tidak mampu melindungi dirinya sendiri. 

Jika seekor anjing mencium bau anyir harimau dia akan segera menghindar dan menjauh menyelamatkan diri. Seekor kera yang menerima sinyal berupa teriakan akan segera mencari perlindungan untuk menghindari bahaya.

Manusia? Dia cuek tidak mencuci tangan, tidak memakai masker bahkan berkerumun di tempat-tempat publik padahal selain dikampanyekan Gerakan 3M, dia juga melihat kenyataan bahwa banyak manusia lain yang meninggal. Pemerintah bahkan ada yang sampai menerapkan "lockdown" dan di Indonesia menerapkan PSBB lalu PPKM untuk memaksa manusia melindungi dirinya dari pandemi yang mematikan.

Kenapa manusia lamban merespon bahaya? Hal ini mungkin karena sudah sejak lama manusia secara kolektif dilindungi oleh alat bantu (teknologi) yang mendorong manusia kokoh di puncak piramida kehidupan membuat manusia secara tidak sadar merasa dia aman dari pandemi. 

Padahal teknologi untuk itu belum ada, kalau pun ada masih terbatas. Belum lagi diperparah oleh eksternalitas teknologi misalnya adanya hoax dan kebutuhan akan uang untuk membeli kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi secara mandiri.

Soal kata "kolektif" misalnya, harus tetap dipersoalkan karena di dalam ada dominasi dari minoritas manusia yang menguasainya yang lain justru tidak pada posisi aman. Faktanya, di beberapa belahan dunia yang lain ada saja kelaparan (ini masih hanya soal makan).

Lalu, apa solusinya? Manusia sebagai individu perlu untuk kembali melatih kemampuan mandiri pribadinya untuk merespon bahaya. Menetapkan keselamatan hidup menjadi prioritas utama. Olehkarena itu, manusia harus lebih sering simulasi menghadapi bencana baik alam dan non alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun