Mohon tunggu...
Eko N Thomas Marbun
Eko N Thomas Marbun Mohon Tunggu... Penulis - I Kerani di Medan Merdeka Utara I

Tertarik pada sepak bola, politik dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengubah Cara Merayakan Natal

21 Desember 2020   22:25 Diperbarui: 23 Desember 2020   21:56 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: freepik.com

Natal sudah lama identik dengan berkumpul dan bersuka cita. Bahkan sudah menjadi tradisi rutin tahunan bagi keluarga kristiani untuk pulang kampung (mudik) ke tanah kelahirannya. Namun, tahun 2020 benar-benar berbeda. Semua diminta menahan diri, menghindari kerumunan. Sebisa mungkin menyendiri demi keselamatan.

Rasanya syair lagu Natal "hai, mari berhimpun dan bersuka ria" jika dituruti bisa-bisa kena pidana karena melanggar protokol kesehatan. Mungkin ada baiknya kita merubah "gaya kita" merayakan Natal. 

Jika sebelumnya kita menikmati indahnya berkumpul, bernyanyi sukaria dan berpesta. Bagaimana kalau kita menyendiri, berdiam diri dan berpuasa?

Bukankah keluarga kudus Yosef dan Maria menanti kelahiran Kritus dalam sepinya malam di kandang domba? Bukankah rumah-rumah dan penginapan menutup pintu untuk mereka? 

Bagaimana kalau kita meniru penginapan-penginapan Bethlehem saat itu, tetapi bukan menutup pintu pada keselamatan tapi menutup pintu pada Covid-19 untuk keselamatan!

Anggaplah kita bagian dari Yosef dan Maria di waktu dan tempat yang berbeda. Seperti mereka berusaha mencari tempat berlindung begitu jugalah semestinya memperjuangkan keselamatan.

Hari ini, menyediri adalah jalan keselamatan dari pandemi Covid 19 sebab berkumpul memperluas kesempatan penyebaran virus. Pun demikian dengan berdiam diri adalah jalan keselamatan dari penyebaran virus karena terlalu banyak membuka mulut. 

Lalu, berpuasa adalah jalan kesempurnaan soal memperjuangkan keselamatan seperti berpuasa dari tidak pakai masker, berpuasa dari tidak menjaga jarak, berpuasa dari tidak mencuci tangan, dan berpuasa dari berkumpul-kumpul. Berpuasa adalah soal menahan diri terhadap sesuatu yang buruk! Begitulah seharusnya cara kita berbela rasa.

Dalam menyediri apakah kita hanya diam? bengong? Tidak! Kita masih bisa menyambut datangnya keselamatan dengan mengoreksi kembali perbuatan-perbuatan kita yang sudah berlalu. 

Apakah perbuatan kita menutup atau mengurangi prospek kita untuk selamat? Lalu, menyiapkan strategi perjuangan untuk besok dengan mempertimbangkan kondisi saat ini. Mari berjuang! Sambutlah Keselamatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun