Mohon tunggu...
Ekky Riza
Ekky Riza Mohon Tunggu... -

an ordinary girl in an extraordinary world ^^

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bumiku

29 Oktober 2012   10:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:15 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku bulan, yang selalu mengamatinya

menemaninya

menghangatkan sebagian tubuhnya yang gelap

dengan cahaya dari matahari

Bumiku ini, selalu ceria, dulu

Selalu kudengar suara tawa anak manusia, auman harimau, dan dengusan kuda-kuda

Angin berhembus dengan sejuknya, bersih dan menghilangkan gerah

Hutan-hutan selalu bercanda dengan desikan angin, mengibaskan dedaunan, memberi warna hijau bagi bumiku

Atmosfer melindungi bumiku dengan sempurna dari sinar matahari yang kuat

Hujan selalu datang tepat waktu, sehingga kemarau tak pernah mau tinggal berlama-lama

Bumiku, selalu tersenyum, dulu

Kini bumiku murung

Tampak jelas, meskipun ribuan kilometer memisahkan kami

Bumiku diam, tak mau bicara

Bumiku muram

Bukan karena malam

Mungkinkah yang di sana telah menyakitinya?

Aku resah

Kutarik tubuhku lebih mendekat padanya, tapi ribuan kilometer tetap menjadi jarak kami

Kutanya pada Bumiku, “apakah ia telah berbuat tak adil terhadap dirimu atau kedelapan saudaramu?”

Bumiku menjawab, “Tidak, ia masih membagikan sinarnya dengan adil”

“Katakan, Bumiku, lalu apa yang membuatmu murung?”

Bumiku diam

Lamat-lamat Bumiku mulai bercerita

“Manusia telah berubah,

mereka tidak lagi menyayangiku,

mereka merontokkan hutan-hutan,

satwa liar kehilangan habitat,

semakin banyak flora dan fauna yang punah,

ekosistem tidak berjalan lancar,

siklus air mengacau,

selimut atmosferku semakin tipis,

sinar matahari menghujaniku tanpa ampun,

aku merasa semakin panas,

dan perutku terasa kosong karena manusia serakah mengerukku habis-habisan...”

Aku terhanyut dalam ceritanya

Ternyata Bumiku menderita

Sedangkan aku tidak mampu menolongnya

Aku menangis ketika di akhir ceritanya, Bumiku berkata,

“Mungkin aku tidak akan bertahan lama lagi”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun