Hari ini saya agak kurang fokus dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Bangun pagi saya sudah dikagetkan oleh pesan WA dari adik bungsu bahwa ada ular di kamar mandi.Â
Pesan itu dikirim pada pukul 11.00 malam WIB. Ditambah hanya kami bertiga yakni saya, adik bungsu dan bayi perempuan saya saja yang banyak menghabiskan waktu di rumah.Â
Kami sebagai perempuan kurang tangkas menghadapi ular. Berbeda dengan kaum Adam yang tangguh untuk berhadapan dengan hewan semacam itu. Jangankan ular, bertemu dengan kodok, tikus atau kucing di rumah saja, saya dan si adik bungsu berteriak-teriak ketakutan.Â
Terlebih lagi jika bertemu dengan ular. Akhirnya pagi-pagi saya membangunkan mas suami yang terlelap di sofa luar, untuk mengecek keberadaan ular di kamar mandi.Â
Dalam keadaan setengah sadar, papa duduk, kemudian bangkit berdiri dan segera masuk ke dalam rumah, tepatnya menuju kamar mandi. Setelah mengambil palu, papa mencoba masuk kamar mandi. Ketika beliau cek, ternyata di sana sudah tidak ada.Â
Rasa merinding mulai menggerayangi diri saya, sebab takut jangan-jangan ularnya bersembunyi di dapur. Langsung spontan saya mengambil garam untuk ditaburkan di pintu masuk ruang salat. Selesai itu, saya bersiap-siap untuk sekolah.Â
Karena kejadian mengagetkan tersebut, saya akhirnya meminta papa untuk mengantarkan sekolah. Alhamdulillah beliau berkenan. Sepanjang jalan saya diam, sebab rasa kantuk masih hadir membuat mata ingin mengatup. Semalam Nduk sering terbangun dan menangis, mungkin tubuhnya kelelahan. Akibatnya, pagi-pagi saya masih merasakan kantuk.Â
Tiba di sekolah, saya ikut piket bersama para guru sebentar di depan, memberi salam kepada anak-anak yang datang ke sekolah. Setelah itu, sebelum bel berbunyi saya ke dapur untuk mencuci baskom magicom dan menanak nasi. Hari ini selain piket salim di sekolah, saya juga piket menanak nasi untuk makan siang para guru.Â
Saya mengikuti beberapa instruksi dari para guru tentang takaran dan lainnya. Namun ternyata, karena luput untuk diaduk, nasinya terlalu keras. Saya sangat panik saat itu. Spontan menelepon mas suami untuk meminjam nasi ibuk mertua yang kebetulan jualan di rumah. Namun, oleh para guru saya diberi saran untuk tidak perlu melakukan hal tersebut. Alhasil, saya mengurungkan niat dan membatalkan permintaan kepada papa.Â
Selanjutnya, saya masih kurang fokus. Yakni jam mengajar saya sebenarnya ada di jam 10.30 WIB di kelas 5A. Namun, saya mengingat bahwa jadwal saya ada di jam 11.30. Saya baru ngeh ketika ada pesan masuk dari Bu Afwa, guru bahasa Arab yang memberi tahu bahwa anak-anak 5A berkeliaran. Setelah memastikan jadwal, dan bertemu Bu Erry di kantor, saya langsung istighfar dan bersegera ke kelas 5A untuk mengisi kelas. Padahal jamnya hanya kurang 15 menit lagi.Â
Ya Allah, ada apa dengan hari ini? Mungkin memang tubuh saya sedikit kelelahan. Namun, semoga lain waktu saya bisa kembali fokus agar kelalaian saya tidak berdampak kurang baik kepada lainnya.Â