Mohon tunggu...
Eki Tisna Amijaya
Eki Tisna Amijaya Mohon Tunggu... Bankir - ex-Policy Maker

I am a futurist and strategist

Selanjutnya

Tutup

Trip featured

Wajah Baru Bali, Kaum Digital Nomad

27 Maret 2019   06:16 Diperbarui: 8 Januari 2021   15:27 1635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
© jokoleo / Getty Images

Sudah taukah Anda dengan negara kecil bernama Estonia? Negara pecahan Uni Sovyet di Eropa Timur yang dijuluki negara startup dari Eropa?

Tahun lalu, negara yang beribu kota di Tallin ini mengeluarkan visa baru khusus untuk tipe wisatawan, tapi bukan sembarang wisatawan. Wisatawan yang dijuluki Digital Nomad.

Digital Nomad adalah sebutan untuk orang yang bekerja tidak terikat oleh waktu dan tempat atau entitas perusahaan. Kaum Digital Nomad adalah High Class Freelancer yang sebagian waktunya justru dihabiskan di negara yang bukan menjadi negara penerbit paspornya. 

Biasanya kaum Digital Nomad menghasilkan uang dari pekerjaan yang dapat dilakukan secara remote seperti menjadi Digital Marketer, Content Creator, Personal Assistant, Copywriter, Web Designer/Programmer, Translator, dan Travel Blogger.

Dan yang mengejutkan, mereka yang memilih jalan hidup menjadi Digital Nomad justru berpenghasilan yang lumayan. Hal ini dikarenkana mereka pada dasarnya "digaji" dalam mata uang asing (biasanya USD atau EUR) tetapi menghabiskannya di negara yang mempunyai biaya hidup murah dengan mata uang lokal. Tak heran mereka beranggapan sebenarnya mereka itu sedang liburan panjang yang selingi sesekali bekerja.

Kaum Digital Nomad biasanya menjual skill dan relasi yang dimiliki di internet, dan satu-satunya senjata mereka adalah: Laptop.

Namun, kali ini kita tidak akan membahas tentang Digital Nomad di Estonia. Tujuan utama kaum Digital Nomad bukanlah Estonia, tetapi Bali.

Anda dapat membuktikan ketika melakukan pencarian di internet

Ya tidak salah lagi, Bali dipilih oleh Digital Nomad karena beberapa faktor.

1. Cuaca dan Kecantikan Pulau

Jika kita interview banyak wisatawan yang menghabiskan waktu nya di Bali, kesan pertama yang mereka lontarkan adalah Bali adalah pulau terlengkap. 

Wisatawan akan menemukan pantai pesisir yang indah, bawah laut yang menakjubkan, cuaca yang yang bervariasi dari iklim tropis dan sejuknya pegunungan, danau, gunung, gua, hutan, taman dan lain-lain ada semua di suatu pulau yang namanya Bali. Belum lagi cuaca di Bali yang selalu stabil, tidak terik seperti gurun, dan minim polusi.

Syarat utama bagi bagi Digital Nomad untuk menetapkan destinasi nya adalah keadaan alam, dan Bali telah memenuhi kriteria dari point ini.

2. Keterbukaan dan Toleransi

Sejak zaman kolonial Bali dikenal dengan masyarakatnya yang bertoleransi tinggi namun tetap menjunjung kearifan lokal. Digital Nomaden cenderung memilih tempat dimana mereka merasa nyaman untuk beraktifitas. 

Sejak peristiwa Bom Bali 1 dan 2, Bali telah berbenah dan meninggalkan luka lama tersebut, ekonomi di pulau semakin menggeliat dan masyarakat merasakan kembali manfaat dari banyaknya wisatawan asing yang masuk ke Bali. 

Kehidupan malam yang mendominasi pantai justru digawangi oleh kebudayaan asli Hindu yang mengayomi. Mungkin satu-satunya keluhan Digital Nomaden ketika tinggal disini adalah bahasa, dimana dalam hanya waktu beberapa bulan mereka harus bisa berbahasa Indonesia secara santai untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar.

3. Listrik, Air, Internet, dan Tempat Tinggal

Pulau Bali adalah daerah dimana paling sedikit mengalami pemadaman listrik di Indonesia disamping Jakarta dan sekitarnya. Juga tidak pernah ada keluhan air bersih ataupun pencemaran pabrik. 

Koneksi internet yang menjadi perangsang Digital Nomaden, telah tersedia di banyak Co-Working Space. Digital Nomaden tampaknya benar - benar kaget bahwa biaya hidup di Bali benar - benar terjangkau.

Coba tengok website : https://nomadlist.com/ yang menempatkan Canggu Bali sebagai peringkat pertama daerah rekomendasi bagi kaum Digital Nomad. 

Daerah lain di Bali yang dapat dikategorikan nyaman dari sisi harga dan biaya hidup adalah Kuta dan Tabanan. Ini kesempatan bisnis bagi penduduk sekitar untuk memfasilitasi kebutuhan Digital Nomaden seperti tempat tinggal, co-working space, dan fasilitas makan-minum.

4. Kumpulan Teman Seprofesi

Berita baik cepat tersebar. Dengan kelebihan yang dimiliki, banyak talent kreatif dari berbagai negara yang berkumpul di Bali. Justru hal ini meningkatkan daya tarik bali sebagai tidak hanya kota tujuan wisata namun juga tempat liburan sambil bekerja. 

Perlu diingat bahwa Digital Nomad ini tidak mengambil pekerjaan penduduk lokal. Mereka justru telah mempunyai pekerjaan dan hanya membutuhkan suasana baru yang fresh untuk mendukung produktivitas pekerjaanya tersebut. 

Banyaknya Digital Nomaden di Bali akan menarik lebih banyak lagi orang dengan profesi serupa. Tentu saja ini sangat bagus untuk iklim investasi di Bali. Ingat, Hotman Paris Hutapea, pengacara terkenal Indonesia, pun mempunyai properti di Bali untuk disewakan.

© jokoleo / Getty Images
© jokoleo / Getty Images
Apakah pemerintah Indonesia berani untuk menerapkan strategi yang sama seperti Estonia dengan mengerluarkan Visa khusus pekerja Digital Nomad? 

Sebenarnya bisa saja hal ini dilakukan mengingat negara kita membuka status bebas Visa bagi lebih dari 100 negara untuk berkunjung. Yang diperlukan tinggal melegalisasinya menjadi Visa bebas kerja untuk Digital Nomad dengan masa berlaku yang diperpanjang dan tidak lupa untuk dikenakan biaya tinggal.

Mengingat Digital Nomad ini juga manusia yang perlu untuk dipenuhi kebutuhan pokok dan biologisnya, maka Kaum Digital Nomad mesti menukarkan mata uang asing yang dimilikinya. Di sinilah muncul kesempatan bagi negara untuk meraup devisa sebanyak-banyaknya. Kaum Digital Nomad bukanlah wisatawan asing yang kere dan datang ke Indonesia tanpa modal. 

Mereka adalah pekerja kreatif yang justru menggerakkan perekonomian kota - kota yang dikunjunginya. Dan tak lupa, jika pekerja Digital Nomad ini nyaman dengan apa yang mereka lakukan, mereka tentua akan memberikan review terbaik kepada dunia luar. Bukankah ini adalah media promosi gratis bagi investasi dan kepariwisataan yang ada di Indonesia?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun