Mohon tunggu...
Eka Nawa Dwi Sapta
Eka Nawa Dwi Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Penulis lepas, pelahap buku, pencinta dongeng. Menulis apa pun yang sedang ingin ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengapa Pramuka Sebaiknya Tidak Perlu Diwajibkan?

8 April 2024   16:37 Diperbarui: 9 April 2024   20:38 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi pramuka (shutterstock via kompas.com)

Adegan selanjutnya, seperti yang Anda pikirkan, siswa pembangkang ini dipaksa mengenakan jilbab. Semua orang jadi tertawa terbahak-bahak menonton fenomena "siswa berjilbab". Entah di mana letak lucunya melihat laki-laki dipaksa mengenakan jilbab. Saya merasa ini tak lebih daripada perundungan yang berkedok pendisiplinan. Saya tidak tertawa, saya hanya berpikir bagaimana melarikan diri dari aktivitas yang diwajibkan ini.

Semasa SMA saya bukanlah siswa pembangkang. Meskipun tak nyaman dengan kegiatan Pramuka, saya tetap rajin setiap hari Sabtu mengikuti Pramuka. Di masa itu Pramuka adalah ekstrakurikuler wajib bagi anak kelas X. Bila tiga kali berturut-turut tak mengikuti Pramuka, maka orangtua siswa akan dipanggil menghadap kepala sekolah.

Saya tak mau orangtua saya harus menebalkan muka datang ke sekolah hanya karena ketidaknyamanan saya mengikuti Pramuka. Saya pikir, selagi senior tak menyakiti fisik saya secara langsung maka semua ini tetap dalam batas wajar.

Maka selama setahun saya rutin menjalani kegiatan Pramuka. Tentu saja tidak semua hari bagaikan neraka. Ada hari menyenangkan, mendidik, dan penuh pelajaran berharga dalam membentuk karakter positif.

Demikian juga senior ini bukanlah manusia yang sama seragam. Di antara mereka masih ada yang benar-benar mengenalkan karakter kepanduan, tolong-menolong, dan semangat nasionalisme yang tinggi. Tetapi ada lebih banyak hari yang terasa seperti mimpi buruk.  

Pada suatu hari, ketika baru saja selesai makan siang, tiba-tiba kami siswa laki-laki dipanggil ke halaman di belakang sekolah. Kami disuruh lari loncat-loncat di lapangan, lalu menopang badan sampai tangan keram hanya karena beberapa teman sekelas kami bolos dari kegiatan Pramuka.

Saya bingung mengapa kami dihukum atas kesalahan yang dilakukan orang lain. Mengapa senior-senior ini sering melampiaskan pada kami yang tak menanggung kesalahan apa pun? Sejak saat itu saya melihat bahwa Pramuka kerap dijadikan ajang balas dendam oleh senior-senior buruk itu.

Memasuki tahun kedua, saya memilih tidak melanjutkan lagi Pramuka. Setelah kemah sangga terakhir, saya mendapatkan sangga pelaksana pada masa itu yang jumlahnya terbilang sangat sedikit. Orang-orang yang mendapat sangga pelaksana biasanya mengisi jabatan teras di Pramuka. Saya diiming-imingi oleh senior karib kalau saya meneruskan, nantinya ia akan menyerahkan posisinya kepada saya.

Tetapi saya tegas memilih mundur karena tak mau di kemudian hari tergoda melampiaskan dendam pada junior berikutnya. Bahkan jika saya tak mendendam, ada beberapa orang dalam sistem yang akan bersikeras meneruskan tradisi itu.

Maka hari ini mendengar kebijakan Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi menjadikan Pramuka sebagai ekstrakurikuler yang tidak wajib saya sangat mengapresiasi. Ini adalah keputusan yang sangat arif menurut saya pribadi. Seandainya waktu bisa diulang, saya berharap kebijakan ini sudah dicetuskan sedari lama.

Memang benar bahwa banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dari Pramuka, tapi jangan tutup mata kalau Pramuka sering dijadikan ajang unjuk gigi 'senioritas' dan ajang balas dendam oleh beberapa siswa yang merasa menderita oleh senior sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun